Scroll untuk baca artikel
Blog

Keluarga, Sekolah Dasar, dan Pendidikan Karakter

Redaksi
×

Keluarga, Sekolah Dasar, dan Pendidikan Karakter

Sebarkan artikel ini
Oleh: Adib Achmadi

Upaya membangun karakter (kepribadian) tidak mudah dilakukan. Setidaknya perlu pembiasaan yang konsisten, contoh (keteladanan), lingkungan yang kondusif, serta butuh waktu yang tak sedikit. Tanpa upaya itu pembentukan karakter akan sulit tercapai.

Secara alamiah pembentukan karakter anak terbangun pertama kali melalui keluarga. Sadar atau tidak keluarga akan membentuk karakter anak. Seluruh dinamika keluarga, dari bangun tidur hingga tidur lagi, adalah bagian dari proses pembentukan kejiwaan anak. Jika sejak awal pendidikan anak terencana dengan baik, maka tumbuh kembang anak akan cenderung baik. Begitu pula sebaliknya.

Dari sisi psikologi, pembentukan karakter anak utamanya di awal pertumbuhan sangat penting dan menentukan. Karakter manusia untuk sebagian besar terbentuk pada usia perkembangan awal ini. Atas kondisi tersebut tidak berlebihan jika ada pandangan bahwa keluarga adalah institusi pendidikan pertama dan utama anak.

Pada fase berikutnya, institusi pendidikan anak bergeser ke sekolah. Keberadaan sekolah pada posisi ini adalah membantu atau kepanjangan pendidikan keluarga. Sekolah sebaiknya tidak mengambil tanggung jawab pendidikan dari keluarga kecuali sebagian saja. Oleh karena itu hubungan keluarga dan sekolah tidak bisa terpisah sama sekali. Keluarga adalah referensi utama siswa di sekolah. Pemahaman atas anak di keluarga akan sangat membantu proses pendidikan di sekolah.

Di antara seluruh jenjang pendidikan, sekolah dasar merupakan fase fundamental. Usia sekolah dasar masih berada pada fase perkembangan anak di mana seluruh potensinya masih dalam masa pembentukan. Itu mengapa sekolah dasar orientasinya cenderung membangun karakter daripada pengetahuan.

Seorang guru sekolah dasar di Australia, misalnya, berpendapat tidak khawatir siswanya tidak bisa matematika daripada tidak bisa antre. Mengapa demikian? Karena matematika bisa dikejar melalui belajar intensif, sedangkan antre membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Antre secara simbolik mewakili pendidikan karakter. Proses pendidikan karakter membutuhkan waktu panjang dan tentu melalui perlakuan yang terencana dan sistematik. Pendidikan semacam ini tentu memerlukan desain kurikulum yang memasukkan pembentukan karakter secara khusus lebih dari sekadar pengetahuan.

Pentingnya fase pembentukan karakter, utamanya di sekolah dasar membuat wajar jika di sejumlah negara maju memberikan penghargaan yang tinggi pada profesi guru. Konon guru di beberapa negara mendapatkan gaji tinggi atau bahkan tertinggi di antara profesi lain. Hal ini bukan hanya karena tingkat kesulitannya, lebih dari itu membangun karakter di usia sekolah dasar menjadi pondasi bagi pembangunan karakter manusia tahap selanjutnya atau bahkan sepanjang hidupnya. []


Adib Achmadi, Praktisi pendidikan, tinggal di Slatri Brebes