Kenapa untuk mengoperasikan kereta cepat dibutuhkan TKA China yang hampir seribu orang?
JUDUL tulisan di atas adalah sarkasme yang dilontarkan seorang netizen. Sungguh menohok dan seharusnya menjadi bahan pemikiran para elite negeri ini.
Investasi datang ke Indonesia tujuan utamanya untuk kesejahteraan rakyat. Bila ada investasi justru tidak memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk bekerja patut dipertanyakan. Investasi untuk siapa?
Sementara tugas negara dalam konstitusi adalah mensejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Kalau memakmurkan rakyat negara lain berarti mengingkari konstitusi.
Seolah kereta cepat Jakarta – Bandung ditakdirkan penuh kontroversi. Setelah biaya yang membengkak dan harus menguras APBN, soal tenaga kerja asing yang terlibat, kesalahan konstruksi, permasalahn akses transportasi, peresmian yang molor beberapa kali, titik impas baru tercapai 80 tahun dan paling mutakhir soal keterlibatan tenaga ahli dari China yang akan mengoperasikan kereta cepat 852 orang.
Anomali
Rumah saya hanya sepelemparan batu dari Dipo PT KAI di Ratu Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, seluas 26 hektare.
Dipo kereta tebesar se-Asia Tenggara ini didanai Jepang. Namun, menurut cerita tetangga saya yang lebih lama menempati rumah di kawasan itu tak terlihat banyak orang Jepang.
Paling-paling hanya tenaga ahli dan supervisor. Tapi nyaris tak terlihat. Tenaga kerjanya mayoritas Indonesia, insinyur hebat dari negeri ini.
Namun ketika Kereta Cepat Jakarta – Bandung, justru tenaga kerja profesional dan pegawai kasar dari Indonesia malah tersingkir. Itulah anomali investasi khas Indonesia rezim kiwari. Memberi karpet merah untuk TKA China.
Kenapa untuk mengoperasikan kereta cepat dibutuhkan TKA China yang hampir seribu orang? Kenapa ketika kereta mulai dibangun tenaga kerja dari Indonesia tidak dilatih atau disekolahkan dulu di China atau di Politeknik Madiun?
Bukankah PT KAI memiliki tenaga profesional dan instruktur hebat? Apa bedanya kereta cepat dan kereta biasa? Perbedaannya tak signifikan, toh teknologi bisa dipelajari dengan cepat.
Sungguh, menghina akal sehat negeri ini. Kalau kita lihat di lingkungan kereta komuter, PT KCI, sesungguhnya banyak anak-anak muda bertalenta dari mulai bagian lapangan hingga bagian teknologi informasi dan persinyalan.
Mereka tinggal di-upgrade. Secanggih apa sih kereta cepat ini? Tentu jauh sekali dengan teknologi rumit Sinkansen! Kenapa sampai harus mendatangkan 852 orang dari China?
Pernyataan Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa alasan mendatangkan tenaga operator operation and maintenance (O&M) sebanyak 852 orang agar cepat melakukan transfer teknologi sunguh mengada-ada.
Begitu juga alasan begitu banyak TKA China yang dikirim untuk melatih tenaga kerja lokal untuk operasional lantaran mereka sebelumnya tak bisa dikirim ke China dengan alasan pandemi juga sebagai alibi yang dibuat-buat.
Untuk proyek strategis nasional, alasan pandemi tak terlalu kuat. Apalagi ini proyek kebanggaan Presiden Jokowi.
Untung Saja Masih dalam Impian
Kapan kereta cepat untung? Untung masih dalam impian karena kereta cepat impas saja baru diperkirakan 80 tahun setelah pengoperasian. Namun, Pemerintah sudah ngebet untuk melanjutkan kereta cepat sampai Surabaya.
Sikap Pemerintah itu tercermin dari pernyataan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Dengan tegas, Luhut bilang akan kembali menggandeng China. Luhut lupa sepertinya, jabatannya akan berakhir pada 2024.
Jadi, kepada siapa saja jangan terlalu berharap kereta cepat segera untung. Balik modal saja diperkirakan baru 80 tahun kemudian. Kalau tak meleset?