Scroll untuk baca artikel
Blog

Ketua Dewan Syuro Rabithah Alawiyah Habib Zein Umar bin Smith Wafat, Ini Sepak Terjangnya

Redaksi
×

Ketua Dewan Syuro Rabithah Alawiyah Habib Zein Umar bin Smith Wafat, Ini Sepak Terjangnya

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Berita duka kembali datang dari salah satu ulama Alawiyah. Habib Zein Umar bin Smith, Ketua Dewan Syuro Rabithah Alawiyah dikabarkan meninggal dunia, Rabu (10/8/2022).

Tokoh yang dikenal sebagai sosok moderat dan pengayom umat tersebut meninggal setelah menjalani perawatan beberapa hari terakhir di RS JMC, Jakarta Selatan.

“Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un duka mendalam bagi Rabithah Alawiyah atas wafatnya Ketua Dewan Syuro kami Habib Zen bin Umar bin Sumaith. Atas nama organisasi kami memohon doa dari masyarakat agar almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” bunyi pernyataan resmi DPP Rabithah Alawiyah, Rabu (10/8/2022).

Seluruh pengurus Rabithah menyatakan duka mendalam atas wafatnya sosok yang telah memberikan banyak contoh, ilmu, dan sumbangsih pada perkembangan keumatan, khususnya pada keluarga besar alawiyyin.

Rencananya, jenazah Habib Zen Bin Umar Bin Sumaith akan dimakamkan pada Kamis (11/8/2022) besok.

Rabithah Alawiyah adalah organisasi yang menghimpun kaum Alawiyin di Nusantara. Organisasi yang resmi berdiri sejak Indonesia belum merdeka, 27 Desember 1928 ini bertanggung jawab untuk mencatat dan menghimpun keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia.

Profil Habib Zein Umar bin Smith

Semasa hidupnya, Habib Zen dikenal dengan sosok yang aktif di sejumlah organisasi keislaman. Hingga usianya yang senja, Habib Zen masih tercatat sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Juru bicara Rabithah Alawiyah, Habib Ahmad Mujtaba Shahab mengatakan, Habib Zein termasuk aktif pula menyuarakan moderasi beragama. Habib Zein juga kerap menyerukan persatuan umat termasuk persatuan partai politik Islam.

”Jika kebersamaan antarpartai Islam bisa dibangun akan menjadi kekuatan yang luar biasa,” ungkapnya, dikutip dari Republika.co.id, Rabu (10/8/2022).

”Mungkin saya salah, tapi pandangan awam, menyerap di daerah, ini kok tidak ketemu-ketemu padahal frekuensinya sama,” lanjutnya.

Sementara Habib Zen bin Umar sendiri pernah menyampaikan bahwa nilai-nilai moderasi beragama tepat bila disampaikan dalam materi pengajaran majelis taklim yang membahas kitab kuning. Menurut Habib Zein, sudah semakin sedikit majelis taklim di Tanah Air, khususnya di Jakarta, yang mengulas kitab kuning.

Menurut dia, ada majelis dzikir yang memang fokus membersihkan hati tetapi kurang dalam masalah keilmuan. Sebaliknya, ada majelis yang didominasi dengan keilmuan tetapi kurang aspek dzikirnya.

Untuk kurikulum moderasi beragama, dia menilai hal tersebut tepat jika disampaikan pada majelis taklim untuk kitab kuning.

”Ada banyak karya ulama yang mengulas masalah moderasi beragama. Meski demikian, mereka lebih tegas untuk membedakan mana yang boleh dan tidak boleh. Mereka lebih hitam putih karena zamannya juga berbeda,” jelas Habib Zen.

Dia menjelaskan, karya mereka masih relevan untuk digunakan sebagai materi moderasi beragama di majelis taklim. Dengan catatan, penyaji kitab kuning tersebut, ujar dia, bisa menyampaikan dengan konteks yang ada saat ini.

”Tinggal para guru, assatiz bisa menyampaikan kitab kuning itu dengan contoh-contoh yang dialami saat ini,” terangnya. [rif]