Becak dan Gubernur
Gugun menambahkan, di zaman Gubernur Sutiyoso, Fauzi Bowo bahkan Basuki Tjahaja Purnama, musuh tukang becak itu Gubernur karena mereka tukang gusur. Akan tetapi, setelah pergantian Gubernur, di tahun 2017 situasinya berubah.
Di bawah kepemimpinan Anies Rasyid Baswedan, tukan becak diberi izin beroperasi dengan syarat hanya di lingkungan permukiman, tidak keluar ke jalan protokol. Namun kenyataannya, masalah saat ini bukan bergelut pada kebijakan semata.
Dengan adanya perkembangan teknologi seperti ojek online, Gugun mengatakan jumlah penumpang sekarang menjadi jauh lebih sepi.
Gugun pun tidak serta-merta menyalahkan teman-teman ojek online. Berdasarkan cerita yang dia dapatkan, kisah mereka tak jauh lebih menyedihkan. Sayangnya, minimnya pilihan bagi pengemudi ojek online membuat mereka terpaksa bertahan.
“Ternyata mereka sudah kerja seharian, tarif ditentukan sepihak oleh perusahaan. Dan tarifnya sangat tidak layak karena lapangan kerja sempit. Maka, mau tidak mau mereka tetap narik walaupun dari sisi penghasilan sangat terdampak,” ujar Gugun.
Selain kebijakan pemerintah, Gugun juga mengkritisi cara pandang kelas tengah terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL). Ini dikarenakan kelas tengah umumnya menganggap kota yang modern dan maju memiliki trotoar yang besar dan hanya dipenuhi oleh mall.
“Pasar-pasar tradisional pun berubah jadi mall. Teman-teman PKL itu lalu dikasih tempat pojokan yang sepi dari pengunjung. Itu cara pandang kelas tengah terhdap kota-kota modern,” sindir Gugun. [rif]