“Kampus-kampus yang basisnya adalah teknik, vokasi, maupun kelas karyawan, akan sangat cocok bekerja langsung di pekerjaan teknis di kawasan industri. Sedangkan dari kampus-kampus yang kekuatannya ada di sosial, bisa mempelajari segi manajerial. Yang penting, keunggulan kampus itu kita tawarkan ke dunia industri, sehingga kita dapat menemukan mitra yang tepat,” imbuh Qausya.
2) Temukan Perusahaan yang Bonafid sebagai Tempat Magang
Kesuksesan dalam belajar ketika magang juga dipengaruhi oleh industri tempat mahasiswa bekerja itu sendiri. Ketika kampus dan mahasiswa berhasil memilih perusahaan yang bonafid, yang didefinisikan sebagai perusahaan yang telah mapan secara proses kerja dan keuangan, serta memiliki legalitas yang jelas, maka perusahaan tersebut bisa menghadirkan pembelajaran dalam magang yang baik. Selain itu, perusahaan yang bonafid juga akan mampu untuk memberikan uang saku kepada mahasiswa sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Disinilah peran penting kampus dan mahasiswa untuk melakukan filter dan seleksi mitra industri. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, juga sudah memiliki kerjasama resmi magang merdeka dengan ratusan industri yang bisa jadi pilihan para mahasiswa untuk magang. Sehingga yang dijadikan lokasi magang para mahasiswa, bukan tempat abal-abal.
“Misalnya ketika saya menyusun kerjasama magang kampus merdeka antara Universitas Trunojoyo Madura dengan SEVIMA, saya mempelajari dulu seputar proses bisnis dan peluang belajarnya. Bahkan aturang seputar gaji magang, yang sempat viral di media-media bahwa Dosen dan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura ketika magang di SEVIMA akan memperoleh gaji hingga 15 juta per bulan untuk jabatan Product Manager, itu tertulis dalam perjanjian kerjasama. Jadi, pilih mitra magang dengan sebaik-baiknya,” lanjut Wahyudi.
3) Membuat Panduan Kurikulum yang Jelas di Kampus
Program MBKM merupakan salah satu program baru di dunia pendidikan di Indonesia. Sehingga persiapan di tingkat kampus menjadi sangat penting. Kampus perlu memberi panduan yang jelas kepada mahasiswa, apa yang perlu dilakukan, apa yang tidak, bagaimana proses penilaiannya, diakui sebagai berapa kredit semester (SKS), bagaimana pelaporannya ke Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDDikti)
Selain itu, panduan kurikulum MBKM diharapkan dapat terus dikembangkan kampus. Karena sebagai program baru, tentu ada banyak tantangan dan pelajaran selama proses pelaksanaan. Langkah terbaik dalam penyusunan panduan ini, menurut Wahyudi, adalah musyawarah dan penggunaan fasilitas online seperti sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud). Sehingga pelaporan dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara otomatis dan berbasis data.
