Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Konsep Cinta Menurut Jalaluddin Rumi

Redaksi
×

Konsep Cinta Menurut Jalaluddin Rumi

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Jalaluddin Rumi tokoh yang populer dengan maha karyanya Tarian Darwis dan Puisi-Puisi Cinta. Rumi memiliki nama asli Jalal Al-Din Muhammad. Lalu dikenal sebagai Jalal Al-Din Rumi atau Rumi. Sedangkan Orang-orang Arghan dan Persia lebih suka memanggilnya dengan sebutan Jalaluddin “Balkhi”, karena keluarganya tinggal di Balkhi.

Jalaluddin Rumi dilahirkan di Balkhi pada 6 Rabi’ul Awal 604 Hijriyah bertepatan 30 Setember 1207. Menurut riwayat, Rumi bertemu dengan Farid Al-Din ‘Attar, seorang penyair terkenal yang menghadiahinya salinan karyanya Asarnameh (Kitab misteri-misteri). Selain itu Rumi bertemu guru agung, Syaikh Shihab Al-Din  ‘Umar Surahwardi, seorang sufi terkenal.

Pada akhir Oktober 1244, sesuatu yang tidak terduga terjadi saat perjalanan pulang dari Madrasah, Jalaluddin bertemu dengan seorang yang tidak dikenalnya dan mengajukan pertanyaan kepadanya. Sebuah pertanyaan yang membuat guru besar ini pingsan. Orang yang tidak dikenal itu menanyakan kepadanya bahwa antara Muhammad Rasulullah dan Bayazid Bisthami seorang sufi dari Persia, siapa yang lebih agung?

Peristiwa inilah yang mendorong Rumi meninggalkan ketenaran dan mengubahnya dari seorang teolog terkemuka menjadi seorang penyair mistik. Karena kuatnya pesona kepribadian Syamsuddin Tabriz, Rumi lebih memilih untuk menghentikan aktifitasnya sebagai guru profesional dan pendakwah.

Jalaluddin Rumi mendirikan tarikat yang diberi nama Maulawi. Nama Maulawi diambil dari gelar kehormatannya “Maulana” atau Guru Kami.  Pada Minggu, 16 Desembar 1273 H, Rumi akhirnya berpulang kerahmat ullah bersamaan dengan terbenamnya mentari di Konya. Diiringi oleh rasa hormat, akhirnya mahaguru dan sufi besar yang cemerlang ini terbaring diperistrihatannya yang terakhir.

Rumi meninggalkan karya-karya yang indah yang dipersembahkan bukan hanya bagi kaum Muslim saja melainkan seluruh umat manusia. Karya-karya yang utama adalah sebagai berikut;(1) Maqalat-i Syams-i Tabriz (Percakapan Syams Tabriz), (2) Divan – Syamsi-i – Tabriz, (3) Matsnawi-i Ma’nawi, (4) Fihi Ma Fihi (Di Dalamnya adalah Apa yang Ada di dalamnya), (5) Ruba’iyyat, (6) Maktubat (Surat Menyurat) dan, (7) Majlis Sab’ah (Tujuh Pembahasan).

Konsep Cinta

Menurut Jalaluddin Rumi sebagai sebuah manifestasi, Bagaimana menerangkan cinta? Akal yang berusaha menjelaskannya adalah seperti keledai di dalam paya. Pena yang berusaha menggambarkannya, akan hancur berkeping-keping. Begitulah kata Maulana dalam bagian pendahuluan Matsnawi.

Cinta itu pra-abadi, cinta itu magnit, sejurus lamanya cinta benar-benar menyirnakan jiwa, kemudian ia pun menjadi perangkap yang menjerat burung-jiwa, yang kepada burung-jiwa inilah cinta menawarkan minuman anggur realitas, dan semua ini “hanyalah permulaan cinta, tidak ada manusia yang dapat mencapai ujungnya.

Jalaluddin Rumi suka berbincang-bincang dengan cinta untuk mencari tahu bagaimana rupa cinta itu :

Suatu malam kutanya cinta : “Katakan,

siapa sesungguhnya dirimu?

Katanya : “Aku ini kehidupan abadi,

aku memperbanyak kehidupan indah itu”

Kataku : “ Duhai yang di luar tempat,

di manakah rumahmu?”

Katanya : “ Aku ini bersama api hati,

dan di luar mata yang basah,

Aku ini tukang cat; karena akulah setiap pipi

berubah jadi berwarna kuning.

Akulah utusan yang ringan kaki,

sedangkan pencinta adalah kuda kurusku.

Akulah merah padamnya bunga tulip.

harganya barang itu,

Akulah manisnya meratap, penyibak

segala yang tertabiri…..”

Rumi menyebutkan bahwa yang pertama diciptakan Tuhan adalah cinta. Rumi menganggap cinta sebagai kekuatan kreatif paling dasar yang menyusup ke dalam setiap mahluk dan menghidupkan mereka.

Cinta pulalah yang bertanggungjawab menjalankan evolusi alam dari materi anorganik yang berstatus rendah menuju level yang paling tinggi pada diri manusia.

Cinta penyebab gerakan

Menurut Rumi cinta adalah penyebab gerakan dalam dunia materi, bumi dan langit berputar demi cinta. Ia berkembang dalam tumbuhan dan gerakan dalam makhluk hidup. Cintalah yang menyatukan partikel-partikel benda.

Cinta membuat tanaman tumbuh, juga meggerakkan dan mengembang-biakkan binatang, seperti dalam karyanya :

Cinta adalah samudra (tak bertepi) tetapi langit menjadi sekedar,

Serpihan-serpihan busa; (mereka kacau balau) bagaikan perasaan

Zulaikha yang menghasrati Yusuf.

Ketahuilah bahwa langit yang berputar, bergerak oleh deburan

gelombang cinta; seandainya bukan karena cinta, dunia akan (mati)

membeku

Bagaimana benda mati lenyap (karena perubahan) menjadi

tumbuhan? Bagaimana tumbuhan mengorbankan dirinya

demi menjadi jiwa (yang hidup)?

Bagaimana jiwa magorbankan dirinya demi Nafas yang merasuk

ke dalam diri Maryam yang sedang hamil?

Masing-masing (dari mereka) akan menjadi diam dan mengeras

bagaikan es bagaimana mungkin mereka terbang dan

mencari seperti belalang?

Setiap manik-manik adalah cinta dengan Kesempurnaannya dan

segera menjulang seperti pohon.