Harga Ekonomis vs Harga Jual
Hambatan lain dari pengembangan EBT menurut Surya Darma adalah belum konklusifnya harga ekonomis dari produk berbasis EBT. Untuk menentukan harga ekonomis tidak mudah, karena bergantung pada banyak sekali aspek, di antaranya: jenis teknologi EBT apa yang dipakai, bagaimana infrastruktur penunjangnya, berapa investasinya, bagaimana kebijakan fiskalnya, dan termasuk bagaimana dukungan pemerintah pusat dan pemda dalam pengembangan EBT.
Menurutnya, harga ekonomis penting dirumuskan dengan baik sebelum pemerintah mendorong EBT agar dapat dimanfaatkan besar-besaran di tengah masyarakat.
Jika harga ekonomis sudah ditetapkan, maka pemerintah akan lebih mudah menentukan berapa harga jual sebuah produk energi terbarukan. Harga jual di sini didapatkan dari harga ekonomi dikurangi stimulus dikurangi subsidi (Harga Jual = Harga Ekonomi – Stimulus – Subsidi).
Penjelasannya: “Jika stimulus dan subsidi tidak ada, maka harga jual akan sama dengan harga ekonomi, dan hal ini akan dirasakan berat oleh konsumen dan berdampak pada perekonomian. Apalagi kemampuan konsumen kita masih rendah” Kata Surya Darma.
Seterusnya, jika subsidi tidak ada, maka harga jual akan sama dengan harga ekonomi dikurangi stimulus. Dan jika stimulus tidak ada, maka harga jual sama dengan harga ekonomi dikurangi subsidi, yang mana ini akan memberatkan APBN.
Menurut perhitungan Surya Darma, aspek paling utama untuk menggenjot pemanfaatan EBT terletak pada stimulus fiskal. Secara sederhana, harga jual akan rendah jika stimulus diperbesar. “Di sinilah fungsi stimulus fiskal menjadi sangat penting untuk menurunkan harga jual kepada masyarakat. Akan tercapai affordable price, walaupun ini masih bisa diperdebatkan,” kata Surya Darma.
Stimulus Fiskal
Untuk meningkatkan keterjangkauan harga energi terbarukan bagi masyarakat, Surya Darma menyarankan agar pemerintah merancang dukungan lebih optimal bagi sektor ini. Ada tiga hal yang bisa dilakukan.
Pertama, merancang mitigasi risiko seperti yang sudah berjalan pada sektor panas bumi. Kedua, memberi stimulus pendanaan. Ketiga, memberi insentif fiskal. Di sini, Surya Darma memberi penekanan khusus pada poin kedua dan ketiga yang dirasa belum cukup optmimal.
Dalam segi stimulus pendanaan, pemerintah dapat di antaranya memberlakukan penangguhan angsuran pinjaman untuk energi terbarukan; menurunkan suku bunga pinjaman untuk aneka energi terbarukan; meniadakan denda finansial; memberlakukan carbon pricing & carbon tax; dan lain-lain termasuk memasukkan ekternality cost dalam perhitungan harga energi agar semua energi bisa berkompetisi.