Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Kurang Tidur Berisiko Mengalami Kebutaan

Redaksi
×

Kurang Tidur Berisiko Mengalami Kebutaan

Sebarkan artikel ini

Pendengkur dan mengantuk di siang hari 10% lebih mungkin menderita glaukoma, sementara insomnia dan mereka yang memiliki pola durasi tidur pendek atau panjang 13% lebih mungkin memilikinya.

Mengapa masalah tidur menyebabkan penyakit mata?

Studi yang dipublikasikan di jurnal BMJ Open menemukan, banyak penjelasan potensial untuk itu.

Tekanan pada mata saat berbaring merupakan faktor kunci dalam perkembangan glaukoma. Juga, berulang kali mengambil oksigen tingkat rendah, yang merupakan akibat dari mendengkur dan sleep apnea, dapat merusak saraf di mata.

Insomnia juga dapat berperan. Hormon tidur mereka yang menderita insomnia tidak sinkron dapat memengaruhi mata. Depresi dan kecemasan juga sering berjalan beriringan dengan insomnia dan dapat meningkatkan tekanan mata internal.

Namun, para peneliti mengakui, ada potensi glaukoma itu sendiri dapat memengaruhi pola tidur, bukan sebaliknya.

Para peneliti menyimpulkan, karena perilaku tidur dapat dimodifikasi, temuan ini menggarisbawahi perlunya intervensi tidur untuk individu yang berisiko tinggi glaukoma dan skrining oftalmologis potensial di antara individu dengan masalah tidur kronis dalam mencegah glaukoma.

“Temuan ini menggarisbawahi perlunya terapi tidur pada orang yang berisiko tinggi terkena penyakit ini serta pemeriksaan mata di antara mereka yang memiliki gangguan tidur kronis untuk memeriksa tanda-tanda awal glaukoma,” tambah peneliti.

Glaukoma adalah penyebab utama kehilangan penglihatan dan kebutaan. Berdasarkan studi prevalensi, diperkirakan 79,6 juta orang akan menderita glaukoma pada tahun 2020. Jumlah ini kemungkinan akan meningkat menjadi 111,8 juta orang pada tahun 2040.

Setidaknya, setengah dari mereka yang menderita glaukoma saat ini tidak menyadarinya. Di beberapa negara berkembang, 90% glaukoma tidak terdeteksi.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Opthamology mengungkapkan, glaukoma yang tidak terdeteksi sangat lazim di komunitas yang beragam di seluruh dunia dan mungkin lebih umum di Afrika dan Asia. Pada tahun 2020, sekitar 44 juta kasus Glaukoma Sudut Terbuka Primer (POAG) tidak terdeteksi, di mana sekitar 77% berasal dari penduduk Afrika dan Asia.

Dalam kebanyakan kasus, kebutaan dapat dicegah dengan kontrol dan pengobatan yang tepat. Sayangnya, banyak individu yang tidak menyadari adanya glaukoma. Kesadaran yang lebih baik dapat mencegah kecacatan visual pada banyak orang.

Kehilangan penglihatan akibat glaukoma sangat berdampak pada kemandirian banyak orang yang merupakan bagian dari populasi yang menua ini. Selain dampak glaukoma pada kehidupan pribadi, ada beban ekonomi yang meningkat pada masyarakat.