Tak jarang orang menganggap kebanyakan pria perokok atau peminum alkohol. Namun, yang mengejutkan, La Ode justru bukan termasuk di antara keduanya.
Dia bahkan tidak bisa minum kopi hitam. Dalam kesempatan itu, La Ode bercerita saat usianya sekitar 35 tahun, untuk pertama kalinya dia minum kopi hitam di Toraja. Malam harinya, dia kesulitan tidur.
“Awalnya sih ga sadar, tapi sampai setengah 3 pagi, kok saya masih ga bisa tidur. Akhirnya, saya merenung kenapa saya ga bisa tidur dan itu pengaruh kopi yang saya minum itu,” ungkapnya.
Kini, La Ode hanya konsumsi kopi mix atau kalau pun buat sendiri, lebih tepatnya disebut gula rasa kopi. Saat pergi ke coffeeshop pun demikian, dia pesan kopi susu dengan kopi yang sangat sedikit.
Dia mengaku pertama kali baru belajar merokok di tahun 2017.
“Setelah mas Anies menang putaran pertama memasuki putaran kedua Pilkada DKI. Waktu itu, ada senior yang tiba-tiba ambil rokok teman dan bilang kalau rokok rasanya enak setelah menang begini,” jelasnya.
Namun, La Ode tidak pernah merasakan kenikmatan dari merokok. Dia mengaku, rokok sebatang pun tidak pernah habis.
“Paling kalau dipaksa, sebulan sekali. Tapi, sekarang dipaksa juga tidak tertarik karena tidak menemukan kenikmatan,” terangnya.
Soal minum, dia pernah minum waktu kelas 4 SD yang berasal dari pohon enau.
“Di kampung saya itu pohon itu bisa jadi ijuk yang kita pukul-pukul sendiri. Jadi, setelah pamit dari dari rumah guru ngaji, dia dan teman-teman ke jalan yang ada pohon enau sedang berbunga,” tuturnya.
Katanya, rasanya itu manis seperti gula. Enau sendiri adalah sejenis pohon palem. Ijuknya dapat digunakan untuk atap rumah sedangkan niranya bisa dibuat gula dan juga minuman beralkohol.
“Rumah saya itu kan rumah panggung, pas saya mau naik, jatuh. Kayak berbayang tangganya, bapak saya cium mulut saya, ketahuan saya minum enau itu,” lanjutnya.
Akibatnya, La Ode dipukul dengan rotan oleh bapaknya dan setelahnya, dia tidak pernah menyentuh minuman beralkohol.
“Ada yang nawarin, saya tidak tertarik,” tegasnya.
La Ode mengingatkan agar banyak bergaul untuk mencegah stereotip seperti ini berlanjut di tengah masyarakat luas.
“Bergaulah dengan banyak orang agar membuka beragam perspektif. Itu akan membuat kita lebih bijak,” pungkasnya.