Analisis Awalil Rizky

Lambatnya Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan

Awalil Rizky
×

Lambatnya Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan

Sebarkan artikel ini

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

SEKTOR industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 4,64% pada tahun 2023. Lebih lambat dibanding pertumbuhan tahun 2022 yang sebesar 4,89%. Dan lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,05%.

Sektor Industri pengolahan memang selalu tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012. Secara rata-rata pada era Pemerintahan Jokowi hanya tumbuh sebesar 3,44% per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi atau keseluruhan 17 sektor mencapai 4,13% per tahun.

Porsi industri pengolahan dalam dalam keseluruhan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku cenderung terus menurun sejak tahun 2002. Kecenderungan tersebut masih berlangsung pada era Pemerintahan Jokowi. Porsinya masih tercatat sebesar 21,08% pada tahun 2014 dan hanya 18,67% pada tahun 2023.

Perhatian besar ahli ekonomi pada porsi industri pengolahan dalam PDB terutama untuk mencermati seberapa jauh suatu perekonomian tidak bergantung pada hasil alam secara langsung. Contoh sektor yang bergantung adalah sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Industri pengolahan cenderung memberi nilai tambah ekonomi yang lebih besar. Perkembangannya dinilai mampu mendorong pertumbuhan sektor jasa-jasa penunjang, seperti perdagangan dan keuangan yang terkait. Dapat dikatakan bahwa porsi industri pengolahan yang besar dan cukup stabil mengindikasikan kuatnya fundamental suatu perekonomian.

Negara disebut terindustrialisasi ketika peran sektor manufaktur menjadi makin dominan. Porsinya dalam PDB mencapai lebih dari sepertiga. Ciri lain berupa penyerapan atas tenaga kerja yang terus meningkat, serta porsi nilai ekspor yang meningkat secara signifikan.

Industrialisasi suatu negara biasanua membutuhkan waktu belasan atau puluhan tahun. Prosesnya membuat pendapatan per orang terus meningkat dan mencapai tingkat yang cukup tinggi. Negara tersebut kemudian masuk dalam kelompok berpendapatan menengah atau berpendapatan tinggi dalam kategori Bank Dunia.

Selama industrialisasi, porsi sektor pertanian dan atau pertambangan akan berkurang. Sedangkan jasa-jasa sedikit bertambah. Pengertian pengurangan porsi bukan berarti tidak tumbuh, namun dengan laju yang lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi (PDB). Sedangkan peningkatan porsi memang karena tumbuh dan dengan laju yang lebih cepat.

Berdasar pengalaman banyak negara, suatu perekonomian yang makin terindustrialisasi dan berpendapatan tinggi pada akhirnya akan berbalik arah menjadi deindustrialisasi. Peran sektor manufaktur perlahan berkurang. Tetap bisa tumbuh, namun melambat.

Sektor yang kemudian melaju lebih pesat adalah jasa-jasa. Akan tetapi, jasa dimaksud tergolong modern dan merupakan “kelanjutan” dari industrialisasi. Sebagian besarnya bahkan dapat diekspor. Contohnya: jasa keuangan, jasa manajemen, dan jasa teknologi informasi.

Indonesia sempat mengalami industrialisasi yang cukup pesat dari tahun 1970an hingga tahun 2001. Namun sejak tahun 2002, berbalik arah menjadi deindustrialisasi. Hal itu terjadi sebelum waktunya (premature) atau bisa disebut sebagai industrialisasi yang gagal.