Analisis Awalil Rizky

Konsumsi Rumah Tangga Belum Pulih

Awalil Rizky
×

Konsumsi Rumah Tangga Belum Pulih

Sebarkan artikel ini

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

EKONOMI Indonesia tahun 2023 tumbuh sebesar 5,05%. Dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) harga konstan tahun 2023 sebesar Rp12.310 Triliun dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebesar Rp11.710 Triliun. 

PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian Indonesia selama setahun. Jutaan barang dan jasa dirinci oleh BPS menjadi 17 sektor atau lapangan usaha yang memproduksinya. Antara lain: Pertanian, Industri Pengolahan, Pertambangan dan Penggalian, Kontruksi, Informasi dan Komunikasi, Jasa Perusahaan, dan lain sebagainya.

Seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi tersebut ditelusuri penggunaannya. Dalam pengertian sehari-hari dibeli atau dipergunakan oleh siapa saja, dengan catatan ada sebagian barang dan jasa yang dianggap dibeli oleh produsennya sendiri. Rincian atau komponennya disebut BPS sebagai PDB menurut Pengeluaran, yang terdiri dari 7 komponen.

Nilai PDB atas dasar harga berlaku tahun 2023 sebesar Rp20.892 Triliun terdistribusi pada masing-masing komponen. Diantaranya sebagai berikut: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Rp11.110 Triliun), Pengeluaran Konsumsi pemerintah (Rp1.556 Triliun), Pembentukan Modal Tetap Bruto (Rp6.128 Triliun), Ekspor Barang dan Jasa (Rp4.543 Triliun) yang dikurangi Impor Barang dan Jasa (Rp4.088 Triliun).

Perlu diketahui bahwa BPS menghitung PDB menurut penggunaan atau pengeluaran ini dengan cara yang berbeda dari yang menurut lapangan usaha. Total nilainya tidak persis sama, atau terdapat selisih perhitungan. Oleh karena BPS masih lebih mengandalkan perhitungan menurut lapangan usaha, maka selisihnya disebut diskrepansi statistik dalam penyajian PDB menurut pengeluaran.    

Diskrepansi statistik bersifat item lain-lain, mencatat nilai pengeluaran yang tidak bisa digolongkan kepada kategori yang tersedia. PDB harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2023 mencapai Rp20.892 Triliun, sedangkan nilai total 7 komponen pengeluaran hanya sebesar Rp19.757 Triliun. Oleh karenanya, nilai diskrepansi statistik sebesar Rp1.135 Triliun.

Meski masih terbesar, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mengalami cenderung mengalami penurunan porsi selama beberapa tahun terakhir. Porsinya atas total PDB tahun 2023 sebesar 53,18%, atau meningkat dibanding tahun 2022 yang sebesar 51,88%. Namun masih lebih rendah dibanding tahun 2021 (54,40%), 2020 (57,65%) dan 2019 (56,63%).

Bagaimanapun, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga atas dasar harga berlaku masih mengalami peningkatan. Nilainya pada tahun 2023 (Rp11.110 Triliun) lebih besar dibanding 2022 (Rp10.162 Triliun), 2021 (Rp9.236 Triliun), 2020 (Rp8.900 Triliun), dan 2019 (Rp8.966 Triliun).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan atau yang telah memperhitungkan kenaikan harga pada tahun 2023 sebesar Rp6.486 Triliun. Tumbuh 4,82% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp6.188 Triliun.

Pertumbuhan sebesar itu terbilang masih lebih rendah dibanding era sebelum pandemi. Rata-rata pertumbuhan era tahun 2015-2019 sebesar 5,0%. Jika dilihat dalam kurun waktu yang lebih panjang, mencapai 5,12% selama era tahun 2011-2019.