“Benar kang! Sebaiknya Kang paijo membuktikan sendiri saja!” timpal Mandor Jupri sembari menerima pesanannya. Lelaki yang tinggal di kota kecamatan itu memang sudah sedemikian akrab dengan warga kampung pinggir kali tersebut. Setiap kali mandor brewokan itu tugas lapangan, selalu saja ia mampir di warung Yu Paijem.
Tak mengherankan jika ia kenal satu per satu dengan jamaah warung yang terletak di mulut kampung tersebut. Mandor Jupri memang biasa menyebut pengunjung warung Yu Paijem dengan sebutan jamaah warung.
“Malah baru minggu kemarin aku diminta mengantarkan tamu dari kota. Rupanya tamu itu hendak bertanya tentang Presiden yang akan dilantik di tahun mendatang! Anehnya kendil itupun dapat memperlihatkan sesosok wajah yang sekarang ini lagi hebok di jagad media sosial,” cerocos Mandor jupri bersemangat. Mendengar ada orang kota yang mendatangi kendil Mbok Sarmi, pengunjung warung Yu Paijem spontan segera mendekati tempat duduk mandor Jupri.
“Orangnya yang mana Pak? Khan ada banyak sekali yang heboh kalau kita lihat media sosial?” tanya Kandar ikut-ikutan penasaran.
“Terus bagaimana reaksi tamu dari kota itu Pak?” tanya Kandar sekali lagi seolah-olah mewakili teman-temannya yang lain yang juga penasaran dengan berita Mandor Jupri. Tersebut.
“Orang kota itu mulanya seperti tak percaya. Ia pun bertanya untuk kedua kalinya. Dan anehnya lagi ,kendil Mbok Sarmi memunculkan kembali wajah orang yang tadi sudah dimunculkan sebelumnya,” jawab Mandor Jupri tanpa basa-basi.
Para pengunjung warung semakin dibuat penasaran saja oleh cerita Mandor Jupri. Tak terkecuali dengan Yu Paijem. Pemilik warung itu segera saja mengecilkan volume radio yang tengah memutar lagunya Farel yang juga lagi heboh itu. Diam-diam rupanya Yu Paijem meminati juga gosip politik nasional.
“Terus?”
Kini giliran paijo yang dibuat geregetan oleh berita Mandor jupri tersebut. Berbeda dengan Kandar atau Paijo yang tak sabat menunggu jawaban Mandor Jupri, Parmin malah menjauh ke sudut warung. Tampaknya ia tengah menerima panggilan dari Wanya. Mungkin orderan untuk menebang kayu atau makelaran motor.
“Semula wajah lelaki itu terlihat seperti kaget. Selanjutnya ketika kendil Mbok Sarmi memunculkan bayangan yang sama, lelaki dari kota itu terlihat marah,” jawab Mandor jupri sambil mengunyah lontong tahunya. Dahinya terlihat berkeringat karena kepedasan.
“Kok pedas sekali tho Yu?” protes Mandor Jupri sambil menyambar kendi yang tak jauh dari tempatnya duduk.