Pengaruh Media Sosial
Potret lain dan sekaligus sifat atau ciri umum dari generasi milenial kontemporer adalah ketergantungan dan kecanduannya pada internet (addicted user) pada gadget. Hal ini tercermin dari hasil survei Alvara Research Center yang antara lain menyebutkan, ada 34% responden dari generasi Z menjadi addicted user. Rinciannya, sebanyak 20,9% menggunakan internet 7-10 jam sehari, 5,1% sebanyak 11-13 jam sehari, dan 8% mencapai di atas 13 jam sehari. Generasi milenial yang menjadi addicted user sebanyak 20,4%.
Dari jumlah itu, sebanyak 13,7% menggunakan internet selama 7-10 jam sehari, 3% sebanyak 11-13 jam sehari, dan 3,7% yang lebih dari 13 jam sehari. Sedangkan, generasi X yang masuk kategori addicted user sebanyak 12,1%. Secara rinci, 7,1% menggunakan internet selama 7-10 jam sehari, 2,4% sebanyak 11-13 jam sehari, dan 2,6% mencapai di atas 13 jam sehari.
Melalui instrument gadget atau gawai, kaum milenial menghabiskan waktu berjam-jam berselancar di media sosial (Medsos), untuk mengetahui informasi, termasuk isu-isu aktual Pemilu, politik, demokrasi dan lain-lain. Dengan aktif menyimak grup WA, Facebook, Instagram, dan lain-lain; atau menjadi youtuber, selebgram, membuat konten Tiktok, sebatas chatting dan penikmat konten saja.
Dengan berkembangnya citizen journalism, pengguna Medsos terutama dari kalangan kaum milenial bukan hanya sekadar menjadi penerima (receiver) atau pengguna (user) informasi, melainkan juga dapat bertranformasi sebagai produsen informasi. Lalu mengirimkannya (share) ke publik melalui beragama jenis aplikasi Medsos. Bahkan diantaranya ada yang menjadi viral.
Meskipun demikian, pengaruh Medsos berdampak ganda. Pada satu sisi berdampak positif, yakni: menjadikan pemilih milenial sangat well inform dan cerdas bermedsosria terhadap berbagai isu publik, termasuk isu-isu Pemilu. Salah satunya tercermin dari hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menyebutkan adanya keinginan generasi muda memiliki pemimpin jujur dan bebas korupsi pada Pemilu 2024.
Di sisi lain, penggunaan Medsos berpotensi berdampak negatif. Yakni: penyebar ujaran permusuhan, kebencian, hoaks, dan sebagainya, terkait penyelenggaraan Pemilu, peserta Pemilu, kandidat, Penyelenggara Pemilu dan isu-isu Pemilu atau politik lainnya. Hal ini disebabkan informasi dari Medsos belum tentu seluruhnya benar dan valid. Karena berasal dari fabrikasi dan manipulasi. Serta karena informasi, sumber dan datanya belum tentu melalui proses verifikasi dan validasi secara secara akurat.