Dan, di tahun 1955, Marie kembali ke almamaternya mengajar biokimia di Universitas Columbia dan bekerja bersama Dr. Quentin B. Deming untuk meneliti mekanika kimia serangan jantung. Pada 1958, timnya menerbitkan jurnal di Journal of Experimental Medicine yang mengungkapkan adanya korelasi kuat antara tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi dalam darah yang menjadi penemuan terobosan pada waktu itu. Nah, penemuan ini menjadi dasar penelitian di masa depan tentang penyebab aterosklerosis dan penyakit terkait tekanan darah tinggi lainnya. Mereka juga menerbitkan penemuan yang menujukkan kadar kolesterol tinggi berkontibusi pada arteri yang tersumbat.
Karya Marie ini membuka jalan bagi peneliti di masa depan mengungkapkan misteri penyebab penyakit jantung dan stroke terjadi serta cara mencegahnya. Khususnya, membantu mengungkapkan penyebab aterosklorosis dan keterkaitannya dengan tekanan darah tinggi.
Setelah itu, Marie pindah ke Albert Einstein College of Medicine. Marie mengajar kelas biokimia dan mempelajari efek usia terhadap sistem peredaran darah. Selama tahun-tahun terakhirnya mengajar, Marie menggeser fokusnya untuk melihat cara kerja sel-sel otot menggunakan creatine dan efek usia pada sistem peredaran darah. Dia juga berkontribusi terhadap penelitian awal tentang dampak rokok bagi paru-paru dan kesehatan jantung serta mengeksplorasi bagaimana gula dan faktor hormon berpengaruh pada tekanan darah tinggi.
Setelah bertahun-tahun mengabdi, Marie pensiun pada 1986.
Akhir Kehidupan
Dia menikah dengan seorang dokter di Rumah Sakit Harlem, New York. Namun, Marie Maynard Daly enggan menggunakan nama suaminya. Dia bersikukuh mempertahankan namanya atas dasar profesionalitas kerja. Namun, itu bukan hal mengejutkan mengingat bahwa Marie adalah seorang feminis.
Sepanjang karirnya, mengutip Medical News Today, Marie menjabat sebagai peneliti dan penasihat untuk beberapa kelompok dan organisasi ilmiah yang terhormat. Sejak 1958 hingga 1963, dia menjadi penyelidik untuk American Heart Association (AHA). Kemudian, di tahun 1970-an, bergabung dengan Akademi Ilmu Pengetahuan New York.
Marie juga diangkat menjadi anggota Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan dinobatkan sebagai salah satu dari 50 Perempuan dalam Sains, Teknik, dan Teknologi oleh National Technical Association pada 1999.
Oktober 2003, Marie meninggal akibat kanker di New York. Dia menjadi panutan bagi perempuan yang berkhayal menjadi raksasa sains terutama dari kelompok yang terpinggirkan secara historis.
Tidak hanya berkontribusi di bidang kimia, Marie membantu mengembangkan program untuk meningkatkan pendaftaran siswa dalam program sains pasca sarjana dan sekolah kedokteran bagi kelompok marginal. Salah satu programnya, Luther King-Robert F. Kennedy membantu menyiapkan siswa kulit hitam di universitas. Marie juga merekrut mahasiswa dari Puerto Riko dan kulit hitam ke Albert Einstein College dan membimbing beberapa ilmuwan terkenal, termasuk Dr. Francine B. Essine, perempuan kulit hitam pertama yang mendapat gelar Ph.D di bidang biologi.
Selanjutnya, untuk menghormati gelar kimia ayahnya yang tidak terpenuhi, Marie menciptakan dana beasiswa Queens College for African American untuk membantu meningkatkan jumlah siswa kulit hitam agar dapat belajar sains.
Marie memang telah pergi, namun karyanya telah menginspirasi banyak orang khususnya kaum minoritas yang terpinggirkan. Meski, dipenuhi prasangka karena ras dan jenis kelaminnya, Marie membuktikan kepada dunia bahwa ia mampu melakukannya dan memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia yang dapat dirasakan hingga hari ini. [rif]