Desa Kadugenep sempat dijuluki desa seribu mesin, karena banyak warga yang pulang kampung saat Pandemi.
BARISAN.CO – Kami menerapkan Marketing Mix Strategy Dalam Upaya Meningkatkan Volume Penjualan Produk Kreatif, yakni dengan memahami cara memperlakukan strategi produk, harga, distribusi dan promosi sesuai dg kaidah teori pemasaran.
Demikian disampaiakan Dr Sophiyanto Wuryan, SH, MM, Ketua Tim Pelaksana, Universitas Esa Unggul, dalam pengabdian masyarakat di Desa Kadugenep, Kabupaten Serang, Rabu (24/07/2024).
Penerapan Marketing Mix Strategy tidak lepas dari persoalan pandemi covid 4 tahun lalu. Kini warga desa Kadugenep, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang berhasil bangkit.
Produk asli dari turun temurun berupa tas, anyaman bambu, sapu lidi, dan klakat berhasil dipasarkan seluruh pulau Jawa hingga pasar Eropa.
“Sebelumnya, produk mereka dijual hanya berdasarkan pendekatan naluri,” terang Sophiyanto.
Sophiyanto menyampaikan warga Desa Kadugenep mampu memanfaatkan hasil bumi, berupa bambu yang menjadi komoditi di daerah tersebut.
Peningkatan penjualan kerajinan lokal asli Serang ini, setelah dilakukan pendampingan tim inovasi & kreatif Universitas Esa Unggul Jakarta sejak maret-hingga akhir Mei 2024.
Desa Kadugenep sempat dijuluki desa seribu mesin, karena banyak warga yang pulang kampung saat Pandemi.
Kemudian mereka menetap dan menekuni usaha kerajinan tas, dengan berinvestasi mesin jahit. Meski demikian mereka kesulitan melakukan pemasaran.
Salah satu sebab, banyaknya konsumen yang perusahaannya bubar, dan produk yang tidak up to date.
Untuk mengatasi persoalan itu, Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Esa Unggul Jakarta membentuk tim pengabdian masyarakat, membantu para pengrajin, agar produknya laku di pasar kembali.
“Strategi tersebut juga merancang kemasan yang baik, dan penentuan harga produk lebih murah sehingga mampu cepat diserap pasar,” terangnya.
Selain tas, sapu lidi, ada kerajinan anyaman bambu, klakat yaitu tempat seperti panci atau mangkuk yang laris di pasaran. Klakat biasa digunakan pedagang siomay atau resto dim-sum.
Selain Jakarta, Semarang dan Surabaya, mereka juga berhasil memasarkan tembus ke Eropa.
Peningkatan pemasaran online, mengikuti Pameran, juga dilakukan untuk memperluas jangkauan pemasaran.
Menurut Kepala Desa Kadugenep, H.Muhamad Aopidi, setelah memiliki produk unggulan, desa Kadugenep akan membuat desa wisata.
“Dengan sudah menggeliatnya potensi lokal diterima di pasar, kami sedang proses menuju desa Wisata. Namun tentunya perlu kerjasama dari semua pihak masyarakat dan perangkat desa bersinergi,” jelasnya.[]