Statistik NPI saat ini mengelompok Jasa-Jasa ke dalam 12 kategori. Pada tahun 2022 terdapat 8 jenis jasa yang mengalami defisit. Kelompok jasa yang menyumbang defisit terbanyak adalah Jasa Transportasi sebesar US$8,23 Miliar. Berikutnya adalah: Jasa bisnis lainnya US$4,67 Miliar, Jasa telekomunikasi, komputer dan informasi US$3,35 Miliar, Jasa asuransi dan dana pensiun US$1,94 Miliar, dan Biaya penggunaan kekayaan intelektual US$1,81 Miliar.
Terdapat 4 kelompok jasa yang mengalami surplus selama tahun 2022, namun nilainya masih kecil. Antara lain: Jasa Perjalanan sebesar US$431 Juta, Jasa Manufaktur sebesar US$743 juta, Jasa Pemerintah sebesar US$316 Juta, dan Jasa Personal, Kultural dan rekreasi sebesar US$59 Juta.
Dua jenis jasa perlu dicermati karena cenderung mengalami kenaikan defisit dari tahun ke tahun, yaitu jenis Jasa Bisnis Lainnya dan jenis Jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi. Jasa bisnis lainnya ini antara lain: broker komoditas, dealer, dan agen komisi perdagangan, hukum, akuntansi, konsultasi manajemen, dan semacamnya. Terdapat indikasi, kedua jenis ini akan masih menekan Transaksi Berjalan di masa mendatang.
Peningkatan Imbal Jasa Modal Asing
Pembayaran imbal jasa kepada modal asing yang telah operasional di Indonesia dicatat oleh Bank Indonesia dalam neraca Pendapatan Primer, yang juga merupakan salah satu bagian dari Transaksi Berjalan. Tersaji pada bagian yang disebut sebagai Pendapatan Investasi, yang bersifat pembayaran. Bentuk utamanya berupa pembayaran bunga dan keuntungan.
Seiring dengan arus masuk modal asing yang cenderung terjadi tiap tahun, maka nilai posisi investasi asing dalam perekonomian nasional makin membesar. Beban pembayaran pendapatan investasi pun cenderung bertambah.
Pembayaran pada tahun 2019 telah mencatat rekor tertinggi, yaitu sebesar US$39,44 Miliar. Sedikit turun menjadi US$32,60 Miliar pada tahun 2020. Kembali meningkat menjadi US$37,10 miliar pada tahun 2021. Dan tercatat sebagai rekor pada tahun 2022 yang mencapai US$43,09 Miliar.
Pembayaran kepada pihak asing dalam Pendapatan Primer yang termasuk pendapatan investasi langsung tercatat sebesar US$25,71 Miliar pada tahun 2022. Nilai ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, bahkan merupakan rekor tertinggi selama ini.
Dalam investasi portofolio, nilai pembayarannya pada tahun 2022 sebesar US$13,57 Miliar. Sedikit menurun dibanding tahun 2021 yang sebesar US$14,16 Miliar. Namun lebih besar dibanding tahun 2020 yang sebesar US$12,82 Miliar.
Sedangkan pembayaran pendapatan investasi lainnya berfluktuasi, dengan nilai yang relatif lebih kecil dibanding kedua jenis terdahulu. Nilainya sebesar US$2,90 Miliar pada tahun 2020, sebesar US$1,89 Miliar pada tahun 2021, dan sebesar US$2,13 miliar pada tahun 2022.