Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute
KINERJA perekonomian Indonesia melemah karena terdampak pandemi, dicirikan oleh berbagai indikator ekonomi yang memburuk. Namun, terdapat indikator yang justeru membaik, yaitu Neraca Perdagangan. Neraca Perdagangan mengalami surplus pada tahun 2020-2022. Nilainya mencapai US$54,46 miliar pada tahun 2022, yang merupakan rekor surplus tertinggi selama ini.
Catatan yang lebih lengkap tentang kondisi perdagangan internasional dipublikasi rutin oleh Bank Indonesia, dalam neraca yang disebut dengan sebagai Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Transaksi yang dicatat mencakup perdagangan barang, jasa, transaksi investasi dan utang piutang. Antara pihak Indonesia dengan pihak asing.
Komponen NPI terdiri dari neraca Transaksi Berjalan, neraca Transaksi Modal dan neraca Transaksi Finansial. Transaksi Berjalan merupakan neraca perdagangan barang dan jasa dalam arti luas. Cakupannya melebihi Neraca Perdagangan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang hanya mencatat perdagangan barang ditambah sebagian jasa terkait langsung dalam transaksi barang. Sebagai contoh, Transaksi Berjalan memasukkan data pembayaran bunga utang dan keuntungan sebagai balas jasa atas penggunaan faktor modal.
Sejak tahun 2012 hingga 2020, Transaksi Berjalan selalu mengalami defisit. Secara nominal tercipta rekor defisit pada tahun 2018, yakni sebesar US$ 30,63 Miliar. Defisitnya hanya sedikit turun pada tahun 2019, menjadi sebesar US$30,35 Miliar.
Kondisi Transaksi Berjalan membaik pada tahun 2020, ketika pandemi. Defisit turun drastis menjadi sebesar US$4,43 Miliar. Bertambah membaik pada tahun 2021 yang surplus sebesar US$3,46 Miliar. Berlanjut pada tahun 2022 yang surplus sebesar US$13,22 Miliar, yang merupakan rekor surplus terbesar selama ini.
Surplus Transaksi Berjalan terutama ditopang oleh neraca perdagangan barang yang mengalami surplus selama tiga tahun terakhir. Salah satu faktor utama adalah tingginya harga komoditas yang dapat diekspor Indonesia, antara lain berupa batubara, kokas, briket, dan CPO. Ditambah dengan ekspor besi, baja dan logam mulia.
Defisit Neraca Jasa-Jasa
Meskipun Transaksi Berjalan mengalami surplus yang besar, salah satu komponennya mengalami peningkatan defisit, yaitu neraca Jasa-Jasa. Neraca ini mencakup berbagai transaksi jasa antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain. Baik yang bersifat ekspor atau menjual, maupun yang bersifat impor atau membeli.
Neraca Jasa-Jasa Indonesia selalu mengalami defisit, dengan nilai yang berfluktuasi. Defisitnya terus meningkat selama tiga tahun terakhir, hingga mencapai US$14,59 Miliar pada tahun 2022.