Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Memanfaatkan Eceng Gondok Sebagai Bahan Pupuk Kompos

Redaksi
×

Memanfaatkan Eceng Gondok Sebagai Bahan Pupuk Kompos

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Eceng gondok atau Eichornia Crassipes Solm merupakan jenis gulma air. Eceng Gondok sangat cepat tumbuh dan berkembang biak. Tumbuhan ini mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru yang sangat besar, sehingga sering merupakan gulma di berbagai tempat dan mengganggu saluran pengairan atau irigasi yang sulit untuk dikendalikan.

Tanaman air ini termasuk tumbuhan perennial dan merupakan tumbuhan yang dapat mengapung bebas bila air dalam dan berakar di dasar bila air dangkal. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif.

Tiap tahun berbunga, dan setelah 20 hari terjadi penyerbukan, buah masak, lepas dan pecah, biji masuk ke dasar air. Memiliki tangkai 2 daun pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawah dengan helaian kecil dan pelepah yang berbentuk tabung.

Tanaman air ini jika lebat dapat mempercepat pendangkalan, menyumbat saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evaporasi, dan menghambat saluran perariran. Bagi sebagian kalangan eceng gondok banyak menimbulkan kerugian.

Jika sedikit kreatif tanaman air yang dianggap gulma dapat dimanfaatkan dan bernilai jual. Eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk bahan anyaman dan kompos. Namun pada kali ini Barisan.co membahas eceng gondok sebagai bahan kompos.

Eceng gondok sebagai bahan kompos diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia pertanian. Melalui kompos diharapkan di lahan antara lain untuk memperkaya bahan makanan bagi tanaman dan memperbaiki sifat fisik tanah akibat pencucian.

Tujuan tersebut akan terpenuhi jika bahan yang akan dikomposkan mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Menurut analisis kompos kompos eceng gondok atas dasar bahan kering adalah  2,05 % nitrogen; nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) adalah 13:1 ; 1,1 % fosfor sebagai P2O5 ; 2,5 % kalium sebagai K2O ; 3,9 % Ca sebagai C2O.

Kompos dibuat dengan cara membusukkan bahan sisa tumbuhan atau hewan dalam suatu tumpukan. Sedangkan pengomposan menurut itu sendiri yakni menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkan terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah atau mendekati C/N tanah sebelum digunakan sebagai pupuk.

Jadi dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa prosesnya berlangsung pada keadaan yang diatur. Sehingga akan menghasilkan suatu produk yang berguna bagi pertanian.

Pada pengomposan proses peruraian oleh kegiatan mikroorganisme ditingkatkan dengan cara mengusahakan lingkungan yang cocok untuk perbanyakan mikroorganismenya serta kegiatannya.