Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Memasuki Kemarau Juni-Oktober, Perlu Waspada Ancaman Karhutla

Redaksi
×

Memasuki Kemarau Juni-Oktober, Perlu Waspada Ancaman Karhutla

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Awal Juni ini, telah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan yang menghanguskan 3 hektare lahan di Desa Talang Pangeran Ilir, Ogan Ilir (1/6/2021). Selain itu terjadi pula karhutla di Desa Terusan, Ogan Ulu (8/6/2021) yang melahap 1 hektare lahan milik warga.

Kedua peristiwa itu sudah berhasil diatasi. Pada yang disebut pertama, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan Helikopter MI-18MAT dan MI-18MAT untuk menerjunkan bom air (water bombing). Begitupun pada yang disebut belakangan, berhasil diatasi dengan peralatan lengkap.

Meski demikian, ancaman karhutla masih akan terus mengintai sepanjang Juni-Oktober ini. Sekurang-kurangnya Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan bahwa ada 55 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan, dari hasil pemantauan satelit, ditemukan semakin banyak lahan semak belukar tampak mengering dan potensial menjadi titik panas.

Dari hasil pemantauan 9 Juni 2021, Initial Spread Index dengan angka sangat tinggi tampak meliputi sebagian besar Sumatera Selatan, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat. Sementara indeks tinggi terlihat hampir merata di pulau Kalimantan.

Initial Spread Index (ISI) menunjukkan tingkat kemudahan penyebaran api jika terjadi kebakaran hutan. Nilai ISI meningkat secara eksponensial terhadap kecepatan angin. Indeks ini menggambarkan kemudahan penyebaran di area padang rumput atau alang-alang, di mana penyebaran api yang sangat cepat akibat kecepatan angin yang tinggi dapat membentuk pola kepala api (head fire).

Sumber: BMKG.

Dilansir dari iNews, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan kemarau sudah terjadi di sebagian besar NTT, NTB, Bali, sebagian besar Pulau Jawa, sebagian Sumatera bagian selatan, Aceh, Kalimantan Selatan, dan juga Sulawesi Barat hingga Papua.

“BMKG telah melihat beberapa titik api yang berpotensi menjadi kebakaran hutan dan lahan. Di tahun 2021, paling tidak ada beberapa hotspot yang kita lihat ada Riau, di Kalimantan Barat, Aceh, dan Sumut, dan itu terjadi di bulan Februari dan Maret,” kata Herizal dalam forum virtual beberapa waktu lalu (31/5/2021).

Dipantau dari website Karhutla Monitoring System, per 9 Juni 2021, ada 8 provinsi yang mengalami bertambah intensitas hotspotnya secara mingguan dengan hampir seluruh provinsi di Kalimantan mengalami kenaikan—kecuali Kaltara dan Kalsel.

Masyarakat perlu waspada. Pemerintah juga perlu menyiapkan pencegahan karhutla sejak dini agar tak terjadi kabut asap yang bisa sangat membahayakan di masa pandemi Covid-19 ini.

Dikutip dari Kompas, Kepala Subbidang Peringatan Dini Iklim BMKG Supari mengatakan, secara umum kemarau tahun ini ada dalam kategori normal hingga di atas normal.

Artinya, karhutla tetap akan menjadi ancaman. Yang harus dan harus selalu aktual adalah bagaimana pemantauan dan pengawasan dilakukan sampai tingkat bawah dan dilakukan penegakan hukum tanpa kompromi.

“Potensi kebakaran hutan dan lahan ada. Kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tidak selalu berasosiasi dengan kemarau panjang. Artinya, dalam kondisi kemarau yang normal pun, kebakaran hutan dan lahan perlu diantisipasi,” kata Supari. []