Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Membayangkan Living Books

Redaksi
×

Membayangkan Living Books

Sebarkan artikel ini

Syahdan saya pun membayangkan Burung-Burung Manyar Y.B. Mangunwijaya, satu dari beberapa karya anak negeri yang bermutu tinggi, berdiskusi dengan Angsa-Angsa Liar Jung Chang. Mereka saling sanggah. Lantas dapat peneguhan filosofi dari Dunia Sophie Jostein Gaarder.

Juga pemikiran inklusif Islam Doktrin dan Peradaban Cak Nur yang beratus halaman itu bertemu dengan Rekonstruksi Pemikiran Religius milik Sir Muhammad Iqbal, filsuf profetik asal India, dan Catatan Pinggir Goenawan Mohamad. Sungguh asyik!

Saya membayangkan Hans Christian Andersen tak lagi sendirian. Kisah Gadis Kecil dan Korek Api niscaya menemu gairah ketika bersenandung ria bersama Serial Rumah Kecil Laura. Juga The Secret Garden, atau Heidi, terhibur oleh tingkah tengil Pinocchio, juga berkat karya-karya Mark Twain atau Charles Dickens. Si Itik dalam sangkar Itik Kecil Buruk Rupa tak akan terus-terusan merasa terundung ketika bercanda dengan Charlotte dan Wilbur dalam Charlotte’s Web.

Benar, saya bayangkan sebuah musyawarah living books, sebagaimana Khaled Abou El Fadl yang sukses menyusuri keindahan Islam dari kitab ke kitab, mewujud di perpustakaan saya. Ya, namanya saja membayangkan, tentu di waktu ini belum wujud. Moga nanti.