Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Mendidik dengan Doa, Mencerdaskan Otak Anak

Redaksi
×

Mendidik dengan Doa, Mencerdaskan Otak Anak

Sebarkan artikel ini

Pada masa pertumbuhannya, otak anak akan ikut berkembang dengan pesat. Terutama pada tahun-tahun pertama pertumbuhan mereka, yaitu tahap “perkembangan emas/golden age.”

Dengan demikian, bukan tanpa alasan jika para orang tua sesegera mungkin mengasah otak anak sejak dini. Sejak perkembangan otak sang buah hati berkembang, artinya sejak dia lahir, bahkan semenjak dia masih berada dalam kandungan. Karena perkembangan otak pada dasarnya dimulai sejak janin terbentuk dan tumbuh dalam kandungan sang ibu.

Hubungan orang tua dan anak yang dimungkin sejak anak dalam kandungan ibu tersebut, hanya hubungan yang bersifat non-lahiriyah. Hal ini tidak terbatas pada waktu anak dalam kandungan, melainkan juga saat anak tumbuh dalam keluarga maupun lingkungannya. Hubungan nonlahiriyah yang dimaksud, adalah doa.

Ketika orang tua mendoakan ataupun mengajarkan untuk berdoa kepada anak, secara tidak langsung orang tua telah memberikan rangsangan kepada salah satu bagian otak, yang terletak di daerah lobus temporal atau pada posisi god spot. Sehingga, god spot dalam otak anak terasah sejak dini. Sehingga perkembangan kecerdasan spiritualitas (SQ = spiritual quetient) sang anak semakin meningkat beriring dengan pertumbuhannya. Kecerdasan spiritualitas anak akan memberikan bisikan-bisikan suara hati yang senantiasa mendorong sang anak kepada tindakan-tindakan yang baik (akhlakul karimah).

Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal, kecerdasan sprititualitas merupakan puncak kecerdasan, di atas kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan moral. Dengan mendoakan serta pengajaran doa kepada anak secara konjungitas, selain mendidik spiritualitas, juga akan dapat mencerdaskan anak dalam hal intelektual, emosional, dan juga moral. Dengan pola pendidikan keluarga ini, doa telah membantu orang tua dalam mendidik anak agar fungsi otak dapat diperoleh secara optimal dan maksimal.

Motivasi Anak Berhasil

Salah satu indikator keberhasilan anak dalam pembelajaran di sekolah adalah diperolehnya prestasi yang tinggi. Namun demikian, segala upaya yang dilakukan dalam proses belajar sang anak akan menjadi sia-sia, saat sang anak tidak memiliki semangat untuk belajar. Sehingga dalam proses pendidikan anak, baik di sekolah maupun di rumah dan lingkungan, sangat dibutuhkan motivasi yang tinggi.

Hudgins berpendapat bahwa setiap orang mempunyai minat yang tinggi demi suksesnya belajar. Kemudian, ada juga pendapat dari Mc. Clelland bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi karena mempunyai kesenangan terhadap pekerjaannya dan akan berusaha menemukan pemecahan masalah dengan upaya kemampuan sendiri.

Faktor lain yang berpengaruh dalam kesuksesan belajar anak adalah kecerdasan. Faktor ini berkaitan dengan kemampuan otak anak dalam mengolah seluruh kemampuannya untuk belajar. Dengan kata lain, perkembangan otak anak mulai sejak kecil bahkan sebelum lahir, juga menjadi salah satu faktor kesuksesan belajar anak. Namun perlu diketahui, pada dasarnya perkembangan otak manusia meningkat pada awal pertumbuhannya dan akan menurun seiring dengan pertambahan umur. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak.

Pada saat menjelang kelahiran, kebanyakan anak memiliki 100 milyar sel otak aktif, dan mereka menjalin sekitar 500 triliyun hubungan dengan sel-sel otak lain dan bagian-bagian tubuh lain. Begitu pula pada bulan-bulan awal, indra bayi dalam kandungan telah bereaksi terhadap lingkungan dengan perkembangan hubungan sinaptik baru, dengan kecepatan hingga 3 milyar/detik. Kemudian dalam perkembangan 6 bulan pertama setelah kelahiran, anak akan mulai membuang beberapa keterampilan lahiriyahnya.