Lebih jauh sebagai seorang amil terdapat tanggung jawab untuk menyampaikan akan tetapi tanpa menjadikan terluka hati nya, merasa tidak mampu atau justru menjadi tergantung. Sungguh gagal lah seorang amil jika membuat tangan yang tadinya suka memberi justru menjadi tengadah menjadi tangan di bawah.
Sebagaimana angkutan umum yang sangat sangat di perlukan apalagi di kota kota besar dimana angkutan pribadi justru menjadi sumber kemacetan. Maka memberikan kepercayaan kepada lembaga Pengelola dana umat (selain merupakan anjuran agama) juga menjadikan dana sosial menjadi lebih efektif efisien, tepat guna dan berdaya guna.
Apalagi jika kita membaca dengan baik bahwa zakat infaq shadaqah itu harus disampaikan kepada “assaaili wal mahrum” Kepada yang meminta minta maupun yang menjaga kehormatan dengan tidak meminta.
Rasanya dana ZISWAF akan menyentuh orang orang yang menjaga kehormatan nya dengan tidak meminta jika di kelola secara sungguh-sungguh oleh suatu lembaga yang amanah sebagaimana bapak ibu sidang pembaca dapat lihat saat ini di Indonesia.
Akhirnya, sebagai pengemudi senior yang jadwal mengaspalnya dapat ditandingkan dengan sopir AKAP, yang panggilan menyopirnya senantiasa meronta ronta oleh semburat pagi dan birunya lembayung petang, yang menikmati tahajjud diatas kemudi atau mendengarkan Gus Baha’ atau UAH, UAS mengaji, yang sering kali merasa di nasehati oleh tulisan tulisan di Bak-Bak Truk, saya ingin menasehati kepada sesama sopir… “Drive Safely Brother… (Titidijae)..” [Luk]