Scroll untuk baca artikel
Terkini

Mengenal Prof. Dr. Didik Junaidi Rachbini, Rektor Baru Universitas Paramadina

Redaksi
×

Mengenal Prof. Dr. Didik Junaidi Rachbini, Rektor Baru Universitas Paramadina

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Prof. Dr. Didik Junaidi Rachbini dikabarkan terpilih menjadi Rektor Universitas Paramadina yang sebelumnya dijabat oleh Prof. Firmanzah, PhD yang meninggal dunia.

Kabar terpilihnya Didik sebagai rektor juga dikonfirmasi oleh rekan Didik, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi.

“Selamat mengemban amanah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mencetak manusia Indonesia yang super tangguh. Prof Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina,” cuit Viva melalui akun twitter pribadinya @vivayogamauladi, Selasa (18/5/2021).

Pada rapat senat Universitas Paramadina yang diselenggarakan pada tangal 12 Maret 2021 lalu, Didik J. Rachbini terpilih sebagai Ketua Senat. Sebelum terpilih, Didik menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Wakaf Paramadina.

“Dengan kualitas keilmuan dan ketokohan yang diakui baik oleh masyarakat akademis maupun publik yang lebih luas, serta memiliki jejaring yang luas, Didik diharapkan mampu menjadi tauladan dan membawa Universitas Paramadina berkembang lebih pesat lagi.” tulis akun resmi facebook Universitas Paramadina dilihat pada Selasa, (18/5/2021).

Didik yang ketika kecil mempunyai nama Ahmad Junaidi ini lahir dari pasangan Rachbini dan Djumaatijah di Pamekasan, Madura pada tanggal 2 September 1960. Semasa kecil dia sering dipangggil Didik.

Saat lulus SD, di ijazah tertulis Didik Junaidi Rachbini, ‘Ahmad’-nya hilang dan ada penambahan nama ayahnya, Rachbini. Nama itulah yang dipakai sampai ia menjadi pengamat ekonomi, peneliti, dosen Pascasarjana Universitas Indonesia, sekarang ini.

Didik menikmati masa kecil dan remajanya di Pemekasan, Madura dan Jember. Dia tergolong anak yang lincah dan selalu aktif bermain layang-layang, berenang di sungai dan memanjat pohon.

Suatu ketika dia terjatuh saat memanjat pohon hingga bibirnya terluka dan meninggalkan bekas sampai sekarang.

Si sulung yang selalu juara kelas waktu sekolah menengah ini, karena senang matematika, bercita-cita jadi insinyur teknik sipil atau pertambangan. Ayahnya, seorang guru yang punya tambak garam, memberi kebebasan kepada Didik untuk memilih. Namun, akhirnya dia tidak memilih keduanya, Dia malah kuliah di Institut Pertanian Bogor dan lulus S1 tahun 1983.

Selanjutnya ia meneruskan studi S2 dan S3 di Central Luzon State University, Filipina, mengambil jenjang studi pembangunan dan menyelesaikannya di tahun 1991.

Didik kemudian mengabdikan dirinya untuk menjadi pengajar di beberapa universitas hingga akhirnya dia dipercaya untuk menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana dan selanjutnya ditunjuk untuk menjabat sebagai Pembantu Rektor I, Universitas Mercu Buana sejak 1997.

Didik mulai memasuki dunia politik pada tahun 1998 ketika dia diangkat menjadi Anggota MPR Utusan Golongan. Kala itu, Didik mewakili Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Setahun kemudian pada tahun 1999, setelah terpilihnya dia sebagai anggota MPR, Didik memutuskan untuk bergabung dengan Partai Amanat Nasional. Dia bergabung sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai (MPP) sebelum akhirnya dia menjadi Ketua DPP Partai Amanat Nasional untuk periode jabatan tahun 2000 hingga tahun 2005.

Pada pemilihan umum tahun 2004, Didik terpilih menjadi anggota DPR mewakili daerah pemilihan Batu dan Malang, Jawa Timur. Dia menjadi anggota DPR RI hingga tahun 2009.

Pada tahun 2012 ini, Didik kembali muncul di dunia politik dengan turut meramaikan bursa pemilihan kepala daerah. Bersama dengan Hidayat Nur Wahid dari Partai Keadilan Sosial, Didik mencalonkan dirinya untuk maju sebagai Gubernur Jakarta.