Belajar ke Belanda
Karena kemampuan Raden Saleh yang dinilai Payen semakin matang, Ia kemudian mengusulkan agar anak didiknya itu mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Belanda. Usulan itu kemudian mendapatkan dukungan yang positif dari G.A.G.Ph. van der Capellen, setelah Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1819 – 1826) itu melihat karya Raden Saleh.
Pada tahun 1829, hampir bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen memberangkatkan Saleh untuk belajar ke Belanda.
Keberangkatannya bukan hanya untuk belajar seni lukis tapi mengemban tugas juga untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge mengenai adat-istiadat Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu.
Di Belanda, Raden Saleh belajar di bawah bimbingan Cornelius Kruseman dan Andries Schelfhout. Semasa menimba ilmu di sana, kemampuannya berkembang pesat. Kesempatan untuk bisa belajar di luar negeri benar-benar dimanfaatkan Raden Saleh. Dua tahun pertama ia memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu.
Sedangkan di bidang seni, selama lima tahun pertama ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout. Mereka berdua adalah seniman yang karyanya memenuhi standar mutu rasa seni orang Belanda pada saat itu.
Secara perlahan, namanya mulai dikenal, Raden Saleh bahkan menggelar pameran di Den Haag dan Amsterdam. Masyarakat Belanda sangat mengapresiasi karyanya. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda pribumi Hindia Belanda dapat menguasai teknik seni lukis Barat dengan baik.
Pulang ke Tanah Air
Raden Saleh juga sempat tinggal dan berkarya di Prancis sejak 1844 hingga 1851, sebelum akhirnya ia kembali ke Hindia Belanda.
Ia sempat menikah dengan seorang perempuan Eropa bernama Winkelman yang memiliki tanah di Weltevreden (sekarang daerah Gambir).
Namun, pernikahan mereka tidak bertahan lama. Raden Saleh menceraikan Winkelman dan kemudian menikahi perempuan keluarga ningrat keturunan Keraton Solo bernama Raden Ayu Danudirdja.
Walaupun sempat menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkan mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda.
Meskipun mendapatkan pendidikan Barat, Raden Saleh tetap menjadi sosok yang menjunjung tinggi idealisme kebebasan dan kemerdekaan negara.
Ia tetap menentang penindasan Belanda terhadap pribumi Nusantara. Pemikirannya itu digambarkannya dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pemerintah kolonial Belanda.
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro
Melansir laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, lukisan itu menjadi respon Raden Saleh terhadap lukisan Nicolaas Pieneman.