Kemudian, pelaku merasa bersalah, bersumpah tidak akan melakukannya lagi, dan bersikap sangat romantis untuk memenangkan hati pasangannya.
Keempat, ada periode bulan madu sementara, di mana pelaku memikat pasangannya untuk berpikir, mereka aman dan segalanya akan benar-benar berubah. Lalu, barulah, kekerasan akan terjadi lagi.
Ada berbagai alasans seseorang terjebak dalam hubungan kasar, misalnya bergantung secara finansial, khawatir dengan masa depan anak-anak, tidak yakin pasangannya kasar, dan lain-lain.
Sayangnya, saat seseorang terjebak dalam siklus pelecehan, sindrom wanita babak belur berkembang. Sindrom ini membuat mereka sulit mendapatkan kendali atas hidupnya.
Tanda Sindrom Wanita Babak Belur
Jika mengkhawatirkan orang terdekat mengalaminya, perhatikan beberapa tanda berikut:
- Menarik diri dan membuat alasan untuk tidak bertemu teman atau keluarga atau aktivitas yang pernah mereka lakukan (ini bisa jadi sesuatu yang dikendalikan pelaku)
- Tampak cemas atau takut saat didekat pasangannya
- Sering memar atau cedera dan mereka sulit menjelaskan penyebabnya atau bahkan berbohong
- Memiliki akses keuangan yang terbatas
- Mengalami perubahan kepribadian yang ekstrem
- Pasangan mudah cemburu, marah, atau sangat posesif
- Selalu mengenakan pakaian panjang, bahkan saat musim panas sekali pun untuk menyembunyikan memarnya
Jika mencurigai seseorang berada dalam sindrom ini, penting untuk menahan penilaian seketika. Meski, pelakunya salah, banyak orang mungkin mempertanyakan alasan korban tetap tinggal.
Banyak orang yang malu atau takut mengakuinya. Sehingga, disarankan untuk mempermudah mereka untuk memberitahukannya saat diperlukan.
Jika memungkinkan, bantu mereka mendapatkan akses ke sumber daya yang tidak mereka miliki. Penting untuk diingat, kita tidak boleh memaksa seseorang dengan sindrom wanita babak belur untuk mengambil tindakan. Jika melakukannya sebelum korban siap, mereka mungkin akan kembali ke pelaku.