Terbitnya jurnal “Media Culture and Society” pada Januari 1993 di London menjadi energi semakin menggeliatnya pemikiran dan aktivisme para sarjana Muslim untuk menunjukkan jati diri komunikasi Islam yang tengah mendapat perhatian dan sorotan masyarakat tidak saja di belahan negara berpenduduk muslim tetapi juga di Indonesia. Filsafat dan komunikasi yang diasumsikan banyak pakar bersifat ambigu dan tidak kunjung mampu menyelesaikan persoalan hidup manusia seakan perlu dijadikan tantangan dan segera diisi kekosongan dalam ruang akademik, penelitian, dan profesional. Selain itu, kelangkaan literatur dan pemikiran tentang pentingnya filsafat komunikasi Islam sebagai upaya memulangkan filsafat komunikasi pada “rumah hakiki” untuk saling merangkul perbedaan dan kompleksitas realitas manusia.
Sebagai akademisi Islam sudah harus mulai merumuskan konsep dan perspektif yang Islami yang bukan saja berimplikasi pada dunia akademik, penelitian, dan profesional tetapi menjadi keilmuan yang mapan dan terus menstimulasi perubahan melalui keseriusan pemikiran dan gerakan yang keberlanjutan. [rif]