ADA video inspiratif di sebuah channel youtube. Menarik. Judulnya menggugat sistem sekolahan. Isinya, seorang laki laki, membawa toples isi ikan. Di depan hakim, lelaki itu menggugat sistem sekolah yang katanya memaksa ikan memanjat.
Bahkan bukan hanya untuk memanjat, tapi juga turun dan lari. Ikan akan tampak bodoh, sampai kapanpun bodoh kalau urusannya memanjat. Padahal kata Einstein, setiap anak lahir dalam keadaan jenius.
Begitulah keadaan umum pendidikan saat ini. Bukan hanya ikan, tapi juga kuda dan burung akan tampak bodoh. Ikan akan jenius di kolam, kuda jenius di arena pacuan dan burung jenius diangkasa. Tapi apa yang bisa diperbuat mereka jika pelajaran dan ujiannya adalah memanjat.
Sehebat apapun fasilitasnya dan sehebat apapun seorang guru, akan gagal dan gagap jika mengajari ikan memanjat.
Jika kita mendapati generasi kita saat ini tidak tampil jenius dan cemerlang. Itu besar kemungkinan sekolah kita memasung generasi muda layaknya kuda, ikan dan burung belajar memanjat. Sekolah tidak memfasilitasi secara memadai kolam untuk ikan berenang dan tempat pacuan untuk kuda berlari.
Semua adalah pohon dan tiang sarana memanjat. Sudah berapa lama generasi kita hidup dalam tekanan sekolah macam ini? Sudah berapa lama sia sia waktu mereka untuk mengembangkan kemampuan diusianya yang paling produktif? Sampai kapan “penjara sekolah” ini akan berlangsung?
Dulu, ada bermacam sekolah kejuruan setingkat SMP dan SMA. Setingkat SMP misalnya, ada ST (sekolah teknik), SMEP (sekolah menengah ekonomi pertama), SKP (sekolah ketrampilan putri), SGP (sekolah guru pertama) dll.
Sekolah kejuruan setingkat SMA ada STM (sekolah teknik menengah), SMEA (sekolah menengah ekonomi atas), SGS (sekolah guru atas), SPG (sekolah pendidikan guru), SGO (sekolah guru olah raga), PGA (pendidikan guru agama) dll.
Sekolàh kejuruan itu sekitar tahun 80an awal dipangkas. Seluruh sekolah kejuruan tingkat SMP nyaris dihapus. Ditingkat SMA, ada beberapa tersisa seperti STM, SMEA dll. Sekàrang sekolah kejuruan dikelompokkan dalam SMK.
Saya kurang tahu persis alasan dihapusnya sekolah kejuruan itu terutama ditingkat SMP. Menurut saya, bànýaknya pilihan sekolah kejuruan ditingkat SMP itu sudah tepat dengan dasar pikiran potensi anak akan tersalur sesuai minat dan bakat.
Sekolah kejuruan mestinya dibuka seluas mungkin menampung beragam potensi anak dengan catatan keberadaannya didukung fasilitas yang memadai. Sekolah kejuruan ibarat menyediakan kolam untuk ikan berenang, lapangan pacuan untuk kuda berlari dan pepohonan untuk monyet memanjat.
Dihapuskannya sekolah kejuruan ditingkat SMP sama saja memaksa ikan, kuda dan burung untuk memanjat. Ìtulah potret sekolah kita saat ini. Sangat tidak manusiawi dan membonsai potensi kalau tidak boleh dibilang merusak.
Jika sekolah SMP kita saat ini masuk dalam katagori sekolah dasar. Hal itu bisa dilakukan dengan catatan kurikulum didalamnya harus bersifat umum dengan tingkat kesulitan yang bisa dicapai rata-rata siswa.
Faktanya sekolah SMP kita sudah menjurus paďa kekhususan materi akademik teoritis dengan tingkat kesulitan yang sudah spesifik. Sekolah SMP bukan lagi ģenerik untuk siswa.
Pada kondisi ini sekolah menjadi berat dan merusak. Hanya siswa tertentu saja yang layak dan lolos secara alamiah. Mereka adalah golongan monyet yang dengan lincah memanjat. Sedangkan mayoritas siswa dalam kelompok ikan, kuda dan burung akan tertatih dan frustasi mengikuti kurikulum memanjat. Apapun kebijakan kurikulum diubah ubah tanpa menata jenjang pendidikan secara tepat akan sia sia dan mubazir.