BARISAN.CO – Efek pemberitaan tentang Covid-19 yang nyaris tiada hentinya hingga saat ini baik dari media elektronik, cetak, maupun online semakin membuat masyarakat bertambah stres. Asisten Direktur di Pusat Studi Stres Traumatis Uniformed Services University of the Health Sciences AS, Joshua Morganstein, M.D. menyampaikan, emosi tersebut wajar.
“Belakangan banyak ketidakpastian. Kondisi itu membuat orang sulit merencanakan masa depan. Hal itu membuat orang jadi jengkel,” kata dia
Stres sendiri mempengaruhi tingkat kesehatan mental seseorang, sedang mental juga berpengaruh besar terhadap imunitas tubuh. Itulah mengapa, salah satu faktor angka terpapar Covid-19 kini masih fluktuatif.
Begitu pula dengan para ibu menyusui (busui), tentu akan mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI). Dari penelitian menyebutkan bahwa stres terhadap busui dapat menurunkan produksi ASI. Belum lagi bagi busui yang positif sedang terpapar Covid-19. Ia akan merasa dobel stres. Betapa tidak, stres kondisi wabah sudah mempengaruhi produksi ASI. Ditambah saat dirinya positif covid19, padahal ia harus menyusui bayinya.
Tentu kondisi seperti itu akan berdampak pada semangat ibu dalam menyusui anaknya. Wajar jika kemudian banyak busui merasa khawatir. Kekhawatiran tersebut lumrah sebab anak adalah manusia kecil yang secara imunitas belum kuat seperti orang dewasa. Alih-alih sehat terpenuhi nutrisinya dari ASI, malah ikut tertular virus Covid. Begitu setidaknya anggapan umum mereka. Dan bisa jadi ini menjadi faktor penentu baru bagi kondisi baby blues seorang busui.
Memberi ASI = Stres Pergi
Penelitian yang dilakukan psikolog dari University of New Hampshire, Amerika Serikat, Kathleen Kendall Tackett. Kendall meneliti tentang depresi yang biasa terjadi pada ibu baru.
“Depresi pada ibu baru adalah sesuatu yang biasa di banyak kebudayaan. Setidaknya 10-20 persen wanita mengalaminya setelah melahirkan. Di populasi yang lebih berisiko, persentasenya bisa mencapai 40-50 persen,” ujarnya seperti dilansir She Knows.
Peneliti tersebut menambahkan, salah satu yang bisa mengobati depresi salah di antaranya dengan menyusui yang membantu ibu terhindar dari depresi.
“Menyusui bisa mengurangi stres,” tutur Kendall.
Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna untuk mengurangi stres yang dialami. Sehingga ibu yang menyusui akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih banyak hal-hal positif lainnya.
Menyusui juga berhubungan dengan mengaturan sistem saraf ibu yaitu saraf parasimpatis dan simpatis. Memberikan ASI meningkatkan sistem saraf parasimpatis yang bertanggung jawab terhadap rasa santai, rendahnya respons terhadap stres, dan lebih sedikitnya gejala depresi.
Sebaliknya sistem saraf simpatis yang berhubungan dengan rasa stres justru berkurang. Itulah mengapa perilaku memberikan ASI (menggendong bayi, membelai, sambil menyusui) dapat menjadi cara untuk mengurangi pikiran stres pada ibu, dan ternyata berhubungan dengan munculnya mood positif.
Pada akhirnya, menyusui bisa membuat ibu secara mental dan fisik lebih sehat dibandingkan tidak menyusui. Itulah mengapa banyak terjadi pada orang tua yang mengalami gejala stres atas capai yang dialami setelah seharian bekerja akan turut luruh ketika bertemu atau bahkan memeluk anak ketika sampai di rumah.
Jika ibu terpapar Covid-19
Lantas bagaimana persoalannya bila sang ibu malah sedang positif terpapar virus covid19. Padahal dalam aturannya ia sendiri harus mengisolasi diri tidak berinteraksi dengan orang lain, lebih-lebih buah hatinya. Tentu menjadi dilematis bagi ibu, dilain sisi anak berhak mendapat asupan ASI dari ibunya.