Scroll untuk baca artikel
Blog

Meragukan Klaim Bahwa Jawa Tengah Adalah ‘Kandang Banteng’

Redaksi
×

Meragukan Klaim Bahwa Jawa Tengah Adalah ‘Kandang Banteng’

Sebarkan artikel ini

Ini adalah perolehan suara yang sangat besar. Tidak ada partai lain yang mampu mengumpulkan sebanyak 5,70 juta suara hanya dari satu provinsi.

Sebagai pembanding, angka itu jauh mengungguli perolehan suara paling banyak yang mampu diraih Gerindra di Jabar (4,23 juta suara) ataupun PKB di Jatim (4,20 juta suara).

Namun, di luar fakta bahwa PDIP mampu mengumpulkan 5,70 juta suara pemilih Jateng, ada pula fakta lain yang jarang dibahas, yakni tentang adanya 13,58 juta suara di Jateng yang tersebar ke partai-partai lainnya.

Dikatakan secara persentase, di Jateng, ada sebanyak 29,56 persen pemilih PDIP dan ada sebanyak 70,44 persen bukan pemilih PDIP.

Tentu persentase ini agak menggelitik. Pertanyaan menarik yang bisa diajukan di sini adalah, jika benar Jateng adalah kandang banteng, maka banteng jenis apa yang bahkan tidak mampu menguasai separuh isi kandangnya sendiri?

Persentase pemilih PDIP vis a vis bukan pemilih PDIP di Jateng ini bahkan tidak lebih besar jika dibandingkan Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, dan Yogyakarta.

Kalau toh ada wilayah yang paling layak disebut sebagai kandang banteng, maka semestinya Provinsi Bali lebih tepat dijadikan mistar ukur: lebih dari separuh pemilih (54,34%) di Pulau Dewata menyumbangkan suaranya untuk PDIP.

Bali memang punya sejarah panjang dengan PDIP. Bahkan, sejarah itu sudah bermula sejak era Partai Nasional Indonesia (PNI) milik Soekarno—partai yang acap dianggap sebagai asal-muasal PDIP. Ada banyak faktor hubungan politis ini terbentuk. Salah satu di antaranya tentu faktor kesukuan ibunda Soekarno, Ida Ayu Nyoman Rai.

Dikatakan secara ringkas, bisa dibilang posisi politik PDIP di Bali cenderung kuat, dan sepertinya masih akan begitu pada pemilihan umum selanjutnya. Berbeda dengan Jateng di mana PDIP tak sepenuhnya aman.

Jika dilihat data per kabupaten-kota di Jateng, meski PDIP tetap menjadi yang paling dominan di sana, akan terlihat bahwa sebetulnya persaingan antarpartai di Jateng cukup dinamis.

Bahkan, nyaris tidak ada gambaran konkret yang dapat dijadikan pembenar dari klaim ”Jateng adalah kandang banteng”—kecuali Wonogiri, Surakarta, dan mungkin Boyolali.

Memang cukup sulit melacak kapan kali pertama istilah kandang banteng digunakan untuk merujuk wilayah kekuasaan PDIP. Yang kita tahu PDIP telah secara efektif menggunakan istilah ini, sehingga Jateng terkesan bukan wilayah netral yang bisa dikuasai sembarangan oleh partai lain. [dmr]