Kalau toh ada wilayah yang paling layak disebut sebagai kandang banteng, maka semestinya Provinsi Bali lebih tepat dijadikan mistar ukur: lebih dari separuh pemilih (54,34%) di Pulau Dewata menyumbangkan suaranya untuk PDIP.
Bali memang punya sejarah panjang dengan PDIP. Bahkan, sejarah itu sudah bermula sejak era Partai Nasional Indonesia (PNI) milik Soekarno—partai yang acap dianggap sebagai asal-muasal PDIP. Ada banyak faktor hubungan politis ini terbentuk. Salah satu di antaranya tentu faktor kesukuan ibunda Soekarno, Ida Ayu Nyoman Rai.
Dikatakan secara ringkas, bisa dibilang posisi politik PDIP di Bali cenderung kuat, dan sepertinya masih akan begitu pada pemilihan umum selanjutnya. Berbeda dengan Jateng di mana PDIP tak sepenuhnya aman.
Jika dilihat data per kabupaten-kota di Jateng, meski PDIP tetap menjadi yang paling dominan di sana, akan terlihat bahwa sebetulnya persaingan antarpartai di Jateng cukup dinamis.
Bahkan, nyaris tidak ada gambaran konkret yang dapat dijadikan pembenar dari klaim ”Jateng adalah kandang banteng”—kecuali Wonogiri, Surakarta, dan mungkin Boyolali.
Memang cukup sulit melacak kapan kali pertama istilah kandang banteng digunakan untuk merujuk wilayah kekuasaan PDIP. Yang kita tahu PDIP telah secara efektif menggunakan istilah ini, sehingga Jateng terkesan bukan wilayah netral yang bisa dikuasai sembarangan oleh partai lain. [dmr]