Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom

Merdeka Belajar, Menciptakan Wirausaha Muda, Mengapa Tidak?

:: Noerjoso
26 Januari 2023
dalam Kolom
Menciptakan Wirausaha Muda

Ilustrasi: Unsplash/Firmbee.com

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Pentingnya pemetaan kemampuan dan bakat wirausaha yang dimiliki oleh setiap peserta didik. 

BARISAN.CO – Beberapa waktu yang lalu, saya diminta untuk memfasilitasi diskusi guru dan karyawan di sebuah SMK swasta.  Secara  kebetulan saya adalah salah satu dari anggota Komitenya.  Arah diskusinya adalah bagaimana lulusan SMK tersebut sebagian besarnya menjadi wirausaha bukan lagi buruh industri apalagi pengangguran. 

Selain terkait dengan kondisi faktual bahwa negara kita telah mengalami deindustrialisasi, terbatasnya daya serap industri yang tak sebanding dengan jumlah lulusan SMK juga kebijakan pemerintah terkini terkait dengan SMK. 

Yaitu berubahnya orientasi SMK yang sebelumnya ber-BMW menjadi bber-WBM.  BMW singkatan dari bekerja (di sektor industri), meneruskan dan wirausaha.  Artinya bahwa sebagian besar lulusan SMK seharusnya adalah menjadi buruh industri, sebagian kecilnya meneruskan kuliah dan sebagian kecilnya lagi adalah berwirausaha. 

Namun sejak orientasinya berubah menjadi ber-WBM maka sebagian besar lulusan SMK haruslah menjadi wirausaha, sebagian kecilnya adalah menjadi buruh industri dan sebagian kecilnya lagi adalah meneruskan kuliah. 

BACAJUGA

smk

SMK Tak Sedang Baik-baik Saja

17 Februari 2023
belum merdeka belajar

Kebijakan (belum) Merdeka Belajar

22 Agustus 2022

Banting setir ini sangatlah perlu adanya pemetaan yang sesuai agar rekayasa selama 3 tahun belajar di SMK benar-benar menjadi efektif untuk mencetak lulusannya menjadi wirausaha.  Dari lima hari diskusi dihasilkan simpulan  bahwa dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian  bagi pengajar dan peserta didik serta infrastruktur yang ada. 

Tak dipungkiri saat ini kondisi pembelajaran yang dikenal dengan istilah teaching factory telah seolah-olah menyatukan sekolah dengan dunia industri.  Di mana sekolah berikut kurikulumnya dibuat sedemikian rupa sehingga sama persis dengan yang ada pada industri. 

Industripun bahkan telah  diberi jam mengajar langsung dengan peserta didik.  Tentu bukan hanya itu saja, kompetensi pengajarnyapun harus disertifikasi oleh industri.  Untuk itulah dibutuhkan perubahan pola pikir yang mendasar. 

Tentu saja yang paling berat adalah mengubah pola pikir dan image masyarakat sebagai konsumen SMK itu sendiri.  Bagi orang tua murid, salah satu pertimbangan untuk menyekolahkan anaknya di sebuah SMK justeru karena adanya iming-iming serapan dari industri. 

Jika itu tidak terjadi maka tamatlah sudah PPDB (pendaftaran peserta didik baru).  Dan itu berarti kiamat untuk sekolah tersebut.

Banyak langkah penting yang harus ditetapkan ulang dari skema banting setir SMK tersebut.  Pertama adalah bahwa pembelajaran di SMK tak bisa lagi dengan cara lama tetapi haruslah mengacu pada model E4K.  E4K ini adalah sebuah singkatan dari proses pembelajaran yang bersifat filosofis.  E yang pertama adalah enjoy.  Itu artinya bahwa Siswa dan guru dalam melakukan pembelajaran haruslah merasa enjoy.  Tidak ada lagi

kata terpaksa dalam proses pembelajarannya.  Tentu saja banyak cara untuk menjangkau E yang pertama ini mulai dari belajar lintas generasi, cross visit sampai dengan pembelajaran berbasis proyek.  E yang kedua adalah easy.  Pembelajaran haruslah dibuat semudah mungkin. 

E yang kedua ini ada hubungannya dengan E yang pertama yaitu bahwa jika sudah merasa asyik maka dengan sendirinya peserta didik akan merasa mudah dalam setiap prosesnya meski sebenarnya penuh kesulitan. 

E yang ketiga adalah excellent yaitu istimewa atau menjadi yang terbaik.  Dampak dari melakukan sesuatu dengan enjoy dan ringan maka selain akan menghasilkan karya yang istimewa juga menjadi manusia yang istimewa sekaligus karena penuh dedikatif terhadap pekerjaannya. 

Dan E  yang keempat adalah earn yaitu produktif.  Produktif dapat diartikan banyak menghasilkan karya atau keuntungan finansial ataupun non material. 

Sementara K diartikan sebagai kontributif.  Artinya adalah bahwa produktivitas peserta didik mestilah harus bersifat kontributif terhadap berbagai penyelesaian permasalahan yang menghimpit masyarakat.    

Produktivitas tersebut haruslah bersifat solutif.  Boleh dibilang battasan Kontributif ini adalah menjadi tuntunan moral bagi gagasan 4E. 

Sebab saat ini sungguh banyak ditemukan mereka yang menerapkan 4E tetapi miskin kontribusi karena hanya sekedar untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri.  Arahan moralitas ini penting agar setiap peserta didik memiliki standard moral dalam berkarya.    

Kedua, skema E4K tidak akan dapat begitu saja terjadi jika tidak dilakukan pendataan yang khusus.  Mau tidak mau sekolah harus melakukan pemetaan khusus kepada peserta didiknya.  Pemetaan yang dimaksud adalah pemetaan kemampuan dan bakat wirausaha yang dimiliki oleh setiap peserta didik. 

Dengan demikian E4K ini akan dengan sendirinya terjadi jika setiap anak belajar sesuai dengan minat dan bakatnya.  Ibarat pisaumelalui pemetaan tersebut , kita hanya akan mengasah pada sisi yang tajam saja bukan pada sisi yang justeru tumpul dari peserta didik kita.

Berbeda dengan kebanyakan orang tua sekarang yang justeru melakukan rekayasa khusus pada hal-hal yang tidak dimiliki oleh sang bocah.  Ibarat kata justeru fokus pada sisi yang tumpul.  Sehingga anak akan merasa terpaksa dalam belajar.

Ketiga, hal penting yang lain dari manfaat pemetaan khusus tersebut, adalah bahwa pendidik dapat mengetahui bagaimana model atau cara yang paling tepat dalam memotivasi peserta didiknya.  Karena setiap manusia memiliki kekhususan dalam dorongan motivasinya. 

Hal ini penting untuk diketahui karena jika kita salah melakukan motivasi kepada peserta didik, bukannya semakin produktif tetapi justeru akan sebaliknya.  Beberapa teori menyebutkan bahwa hal ini terkait langsung dengan kecenderungan anak dalam bagaimana merespon setiap stimulus yang datang dari luar dirinya. 

Anak yang berkecenderungan merespon stimulus dengan potensi kognitifnya tentu akan memiliki perbedaan cara dalam memotivasi dengan anak yang memiliki kecenderungan affektif.  Demikian pula dengan anak yang memiliki kecenderungan psikomotorik. 

Bagi peserta didik yang cenderung merespon stimulus dari luar dengan kemampuan afektifnya maka  lebih mudah memotivasinya dengan cara memuji ketimbang dengan mengetengahkan logika sebab akibat yang rasional.  Karena anak yang memiliki kepribadian afektif tidak mementingkan logika sebab akibat meskipun logika sebab akibat tersebut juga menjadi acuan dalam sikapnya.

Keempat adalah mengenali cara belajar yang paling efektif bagi setiap peserta didik.  Kita semua mafhum bahwa pada dasarnya setiap anak memiliki model belajarnya secara unik.  Ada anak yang lebih dominan dengan menggunakan panca indera penglihatannya. 

Ada pula yang cenderung dengan audio visualnya.  Ada pula yang belajar efektifnya melalui kombinasi audio dan gerak fisiknya.  Dan ada pula yang langsung dengan prakteknya. 

Jika guru dapat mengenali variabel ini lebih dini dan mendalam maka gejala stress belajar pada peserta didik akan dapat dengan mudah dihindari.  Dan yang paling penting anak akan dapat menyerap pengetahuan dengan lebih cepat ketika seorang gurumendampingi belajar peserta didiknya sesuai dengan hal tersebut di atas.

Kelima adalah mengenal bakat dan minat wirausaha setiap peserta didik.  Ada sebagian anak yang memiliki bakat bahasa dan segala variasinya.  Ada pula anak yang memiliki bakat kinestatik halus.  Ada pula yang memiliki bakat audio atau geometri spasial dan lain sebagainya.  Pemetaan ini penting agar peserta didik dapat mengenali dan melakukan proyek-proyek berbasis minat dan bakatnya.  Di titik inilah peserta didik akan berproses menjadi E4K. 

Bagi siswa yang memiliki bakat musik misalnya, ia akan didorong untuk menekuni bidang tersebut.  Atau bagi peserta didik yang memiliki bakat memasak maka bagaimana ia difasilitasi untuk berkembang bakatnya. 

Pada titik ini pula peran guru dalam memotivasi peserta didik menjadi penting sekaligus dituntut lebih, karena pada proses interaksinya peserta didik boleh jadi minder atau mendapat tekanan dari luar.  Bakat masak memasak misalnya akan dipandang rendah oleh mereka yang memiliki bakat rekayasa robotik misalnya. 

Bahkan tak jarang tekanan itu justeru datang dari orang tua si anak itu sendiri.  Guru dalam hal ini harus dapat mengikis anggapan bahwa ada kasta dalam keminatan.  Peran seluruh komponen sekolah agar berpikir dan bertindak setara penting sekali agar peserta didik merasa diakui dan diperhitungkan keberadaannya. 

Pada tahap ini tentulah akan banyak tantangan karena tentu saja ada jarak antara keinginan, harapan dan fakta potensi yang dimiliki oleh peserta didik.  Jika itu terjadi maka kita harus kembali pada cara memotivasi yang tepat sehingga peserta didik dapat menginternalisasikan potensi dirinya tanpa hambatan yang berarti.  Memotivasi peserta didik dianggap sukses jika peserta didik berhasil mengobjektivikasikan potensi dirinya.

Keenam adalah pembelajaran berbasis karya.  Sejak dikenali bakat dan minat anak maka guru harus mendorong setiap anak untuk membuat karya.  Setahap demi setahap karya tersebut diwujudkan.  Apabila telah selesai maka siswa didorong untuk membuat karya berikutnya. 

Dalam menyusun karya ini karakteristiknya harus komprehensif.  Anak memulai dari riset tentang kebutuhan, menyusun proposal proyek, mempresentasikan, mewujudkan sampai dengan menyusun laporan akhirnya, memamerkan bahkan memasarkannya sekaligus.  Dengan demikian seluruh mata pelajaran akan terkait antara satu dengan yang lainnya. 

Saat ini semua hal itu sudah dimudahkan dengan berbagai perkembangan dunia maya.  Peserta didik dapat mulai memasarkan produknya melalui media sosial atau media komersial lainnya.  Pembelajaran berbasis karya ini bersifat circle sekaligus. 

Setiap saat peserta didik diajak untuk mengevaluasi dan merefleksikan segala masukan yang ditemukan dalam setiap prosesnya.  Harapannya selain menghasilkan karya yang betul-betul layak, peserta didik secara otomatis memiliki kekuatan mental dalam mengolah masukan sehingga menjadi motivasi yang positif.

Akhirnya, segala hal tersebut di atas hanya akan menjadi angan-angan belaka jika guru yang menjadi figur fasilitator masih mengacu atau belum dapat keluar dari cara-cara lama dalam mengajar.  Selain itu melalui cara-cara ini guru dituntut untuk selalu up date pengetahuan baik melalui bacaan atau pengalaman. 

Cara belajar ini tak dipungkiri menjadi penting karena dengan sendirinya mengikis diskriminasi.  Setiap peserta didik dianggap memiliki bakat yang sama baik dan sama pentingnya dalam berkontribusi terhadap kemajuan perikehidupan.  Pendidikan seperti ini juga sekaligus melatih setiap peserta didik untuk berkolaborasi secara terbuka dan jujur.

Editor: Lukni
Topik: Lulusan SMKMerdeka BelajarSMKWirausaha
Noerjoso

Noerjoso

POS LAINNYA

putra nabi muhammad
Kontemplasi

Putra-Putri

27 Maret 2023
Contoh Kultum Ramadhan dengan Tema Menghindari Godaan Ghibah saat Berpuasa
Risalah

Contoh Kultum Ramadhan dengan Tema Menghindari Godaan Ghibah saat Berpuasa

26 Maret 2023
Lapangan Banteng: Sejarah dan Markas Kementerian Sultan
Esai

Lapangan Banteng: Sejarah dan Markas Kementerian Sultan

26 Maret 2023
Muhammad Berumah Tangga
Kontemplasi

Resmi Berumah Tangga

26 Maret 2023
Sholawat Basyairul Khairat
Risalah

Bacaan Sholawat Basyairul Khairat Syekh Abdul Qodir al-Jailani, Download Pdf

26 Maret 2023
Contoh Kultum Ramadhan 2023 dengan Tema Keutamaan Berbagi di Bulan Ramadhan
Risalah

Contoh Kultum Ramadhan 2023 dengan Tema Keutamaan Berbagi di Bulan Ramadhan

25 Maret 2023
Lainnya
Selanjutnya
Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

Normalisasi Sungai Berlanjut, Ciliwung Institute Pertanyakan Logika Kementerian PUPR

TRANSLATE

TERBARU

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?
Sosial & Budaya

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?

:: Thomi Rifai
27 Maret 2023

BARISAN.CO - Mukena merupakan salah satu busana yang sudah lama dipakai oleh kaum hawa, terutama para muslim wanita di Indonesia...

Selengkapnya
putra nabi muhammad

Putra-Putri

27 Maret 2023
Melemahnya Gerakan Sipil

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Kisah Umar bin Khattab Membantak Malaikat Munkar Nakir

Kisah Umar bin Khattab Membentak Malaikat Munkar Nakir di Alam Kubur

27 Maret 2023
Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

26 Maret 2023
Lainnya

SOROTAN

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

:: Pril Huseno
27 Maret 2023

Melemahnya Gerakan Sipil

Selengkapnya
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang