Orang salah, tetapi tidak meminta maaf karena mereka tidak cukup peduli tentang perasaan orang lain atau meyakini permintaan maafnya tidak berarti apa-apa.
BARISAN.CO – Salah satu dari 3 kata ajaib adalah maaf. Yang tentunya, sejak dini orang tua sudah mulai mengajarkannya di rumah. Begitu pun dengan saya sendiri yang selalu meminta maaf kepada anak ketika membuat kesalahan. Bahkan termasuk hal yang dianggap sepele bagi orang lain.
Saah satu contoh, ketika sudah berjanji akan ada di rumah selama seminggu penuh, tetapi karena ada pertemuan mendadak yang penting, saya harus keluar rumah. Saya pun menyampaikan permintaan maaf tidak bisa menepati janji. Padahal, bisa saja saya hanya memberi penjelasan ada pertemuan darurat, tanpa meminta maaf.
Sebagai orang yang lebih tua, meminta maaf tidak membuat kita menjadi lemah, akan tetapi pertanda bahwa diri ini mengakui kesalahannya dan menjadikan diri kita untuk lebih baik di masa datang. Sehingga, saya tidak lagi berjanji dan tidak memberinya harapan palsu. Sebab, setelah meminta maaf, tentu kita tidak akan mengulangi kesalahan sama. Jika kita tidak juga berubah, itu sama dengan permintaan maaf tersebut kurang tulus.
Sebagai manusia, kita pasti pernah menyakiti perasaan orang lain, meski pun itu tidak sengaja. Namun begitu, jarang sekali kita membayangkan perasaan atas orang lain yang telah disakiti.
Untuk menjadi lebih baik, perlu mempertimbangkan posisi orang tersebut dan menempatkan diri kita pada posisi mereka sesekali. Agar paham, kesakitan yang seharusnya mereka tidak lalui akibat diri kita ini.
Tidak ada manusia sempurna. Mereka berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman hidup yang didapatkannya. Salah satu ciri orang sombong adalah yang berusaha keras untuk menjadi benar. Mereka menganggap dirinya tidak salah dan bahkan memberikan penjelasan yang membuatnya cenderung terlihat enggan mengakui kesalahannya.
Alasan Orang yang Tidak Meminta Maaf
Mengutip Ideas TED, orang yang enggan bertanggungjawab atas tindakan atau ucapannya dengan mengatakan maaf karena salah satu dari dua alasan. Pertama, karena mereka tidak cukup peduli tentang perasaan orang lain. Dengan begitu mereka tidak ingin memperbaiki hubungannya dengan meminta maaf. Atau, kedua, mereka yakin permintaan maafnya tidak berarti apa-apa.
Orang yang tidak bisa meminta maaf juga tampak seperti individu yang tangguh padahal sebenarnya mereka lemah. Mereka menganggap dengan meminta maaf akan membuatnya malu dan menjadi lemah.
Secara tidak sadar, terkadang, juga terkait dengan perasaan rendah diri yang begitu dalam. Sehingga egonya yang rapuh tidak dapat menerima hantaman untuk mengakui kesalahannya. Mereka dapat mengeksternalisasi kesalahannya dengan memperdebatkan fakta dasar untuk menangkal ancaman ketika harus merendahkan diri dengan mengucapkan maaf.
Secara psikologis, mengakui kesalahan membuat diri kita tidak nyaman dan bisa sangat menyakitkan. Untuk bertanggungjawab dan meminta maaf, harga diri kita harus cukup kuat untuk menyerap ketidaknyamanan itu. Sebagai aturan praktis psikologis, semakin kaku mekanisme pertahanan seseorang, semakin rapuh ego yang mereka lindungi.
Maka, tak heran jika kita mungkin pernah menemukan orang yang salah, tetapi nyolot. Setelahnya, mereka juga enggan intropeksi dan mengakui kesalahannya tersebut.
Solusi Jika Kita Menemukan Orang Seperti Itu
Jika kita menemui orang seperti itu ada baiknya menerima perilakunya yang menyebalkan itu serta menyadari bahwa secara psikologis, mereka sendiri tidak mampu meminta maaf.
Terlebih, orang-orang seperti itu tidak akan berubah. Dengan menerima dapat membantu kita melepaskan diri dari argumen dengan mereka dan membantu diri sendiri dari perasaan frustasi, marah, dan sakit hati.
Atau bisa juga dengan membatasi interaksi dengan orang tersebut apabila rasa-rasanya, kita khawatir akan kembali tersakiti. Seperti penulis, Neil Strauss katakan bahwa kita perlu merawat luka untuk menyembuhkannya.