Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Edukasi

Meski Salah, Kenapa Orang Enggan Meminta Maaf?

:: Anatasia Wahyudi
21 Januari 2022
dalam Edukasi
Meski Salah, Kenapa Orang Enggan Meminta Maaf?
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Orang salah, tetapi tidak meminta maaf karena mereka tidak cukup peduli tentang perasaan orang lain atau meyakini permintaan maafnya tidak berarti apa-apa.

BARISAN.CO – Salah satu dari 3 kata ajaib adalah maaf. Yang tentunya, sejak dini orang tua sudah mulai mengajarkannya di rumah. Begitu pun dengan saya sendiri yang selalu meminta maaf kepada anak ketika membuat kesalahan. Bahkan termasuk hal yang dianggap sepele bagi orang lain.

Saah satu contoh, ketika sudah berjanji akan ada di rumah selama seminggu penuh, tetapi karena ada pertemuan mendadak yang penting, saya  harus keluar rumah. Saya pun menyampaikan permintaan maaf tidak bisa menepati janji. Padahal, bisa saja saya hanya memberi penjelasan ada pertemuan darurat, tanpa meminta maaf.

Sebagai orang yang lebih tua, meminta maaf tidak membuat kita menjadi lemah, akan tetapi pertanda bahwa diri ini mengakui kesalahannya dan menjadikan diri kita untuk lebih baik di masa datang. Sehingga, saya tidak lagi berjanji dan tidak memberinya harapan palsu. Sebab, setelah meminta maaf, tentu kita tidak akan mengulangi kesalahan sama. Jika kita tidak juga berubah, itu sama dengan permintaan maaf tersebut kurang tulus.

Sebagai manusia, kita pasti pernah menyakiti perasaan orang lain, meski pun itu tidak sengaja. Namun begitu, jarang sekali kita membayangkan perasaan atas orang lain yang telah disakiti.

BACAJUGA

Gambaran Kebohongan Patologis dalam Drakor Green Mothers Club

Gambaran Kebohongan Patologis dalam Drakor Green Mothers Club

29 April 2022
Titik Mula Kehancuran Rumah Tangga itu Bernama Kecurigaan

8 Cara Cerdas Menghadapi Orang yang Tidak Tahu Malu

7 April 2022

Untuk menjadi lebih baik, perlu mempertimbangkan posisi orang tersebut dan menempatkan diri kita pada posisi mereka sesekali. Agar paham, kesakitan yang seharusnya mereka tidak lalui akibat diri kita ini.

Tidak ada manusia sempurna. Mereka berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman hidup yang didapatkannya. Salah satu ciri orang sombong adalah yang berusaha keras untuk menjadi benar. Mereka menganggap dirinya tidak salah dan bahkan memberikan penjelasan yang membuatnya cenderung terlihat enggan mengakui kesalahannya.

Alasan Orang yang Tidak Meminta Maaf

Mengutip Ideas TED, orang yang enggan bertanggungjawab atas tindakan atau ucapannya dengan mengatakan maaf karena salah satu dari dua alasan. Pertama, karena mereka tidak cukup peduli tentang perasaan orang lain. Dengan begitu mereka tidak ingin memperbaiki hubungannya dengan meminta maaf. Atau, kedua, mereka yakin permintaan maafnya tidak berarti apa-apa.

Orang yang tidak bisa meminta maaf juga tampak seperti individu yang tangguh padahal sebenarnya mereka lemah. Mereka menganggap dengan meminta maaf akan membuatnya malu dan menjadi lemah.

Secara tidak sadar, terkadang, juga terkait dengan perasaan rendah diri yang begitu dalam. Sehingga egonya yang rapuh tidak dapat menerima hantaman untuk mengakui kesalahannya. Mereka dapat mengeksternalisasi kesalahannya dengan memperdebatkan fakta dasar untuk menangkal ancaman ketika harus merendahkan diri dengan mengucapkan maaf.

Secara psikologis, mengakui kesalahan membuat diri kita tidak nyaman dan bisa sangat menyakitkan. Untuk bertanggungjawab dan meminta maaf, harga diri kita harus cukup kuat untuk menyerap ketidaknyamanan itu. Sebagai aturan praktis psikologis, semakin kaku mekanisme pertahanan seseorang, semakin rapuh ego yang mereka lindungi.

Maka, tak heran jika kita mungkin pernah menemukan orang yang salah, tetapi nyolot. Setelahnya, mereka juga enggan intropeksi dan mengakui kesalahannya tersebut.

Solusi Jika Kita Menemukan Orang Seperti Itu

Jika kita menemui orang seperti itu ada baiknya menerima perilakunya yang menyebalkan itu serta menyadari bahwa secara psikologis, mereka sendiri tidak mampu meminta maaf.

Terlebih, orang-orang seperti itu tidak akan berubah. Dengan menerima dapat membantu kita melepaskan diri dari argumen dengan mereka dan membantu diri sendiri dari perasaan frustasi, marah, dan sakit hati.

Atau bisa juga dengan membatasi interaksi dengan orang tersebut apabila rasa-rasanya, kita khawatir akan kembali tersakiti. Seperti penulis, Neil Strauss katakan bahwa kita perlu merawat luka untuk menyembuhkannya.

Maka, sebaiknya menghindari intensitas dengan orang yang pernah membuat kita terluka. Bukan karena kita kurang dewasa, namun tidak ada jaminan orang tersebut tidak kembali melukai, justru sebaliknya, bisa saja dia akan membuat luka sebelumnya kembali menganga.

Intinya, saat berbuat kesalahan, namun tidak adanya permintaan maaf, kita harus memahami bahwa orang tersebut orang dengan ego yang rapuh dan rasa diri yang lemah. Sebab, orang yang mengakui kesalahan dan meminta maaf pertanda mereka adalah berjiwa ksatria.

Meminta maaf bukan berarti kita menjadi lemah, akan tetapi pertanda bahwa diri ini mengakui kesalahannya dan menjadikan diri kita lebih baik di masa mendatang. [rif]

Editor: Thomi Rifa'i
Topik: MaafMeminta MaafPsikologi
Anatasia Wahyudi

Anatasia Wahyudi

POS LAINNYA

kegiatan produktif saat menyusui
Edukasi

4 Kegiatan Produktif Saat Menyusui dan Menghasilkan Cuan

19 Mei 2022
mengapa anak berbohong
Edukasi

Mengapa anak berbohong? Hal yang Perlu Orangtua Lakukan

14 Mei 2022
Haruskah Kita Mengumbar Masalah Keluarga di Media Sosial?
Edukasi

Haruskah Kita Mengumbar Masalah Keluarga di Media Sosial?

11 Mei 2022
Pendidik dan Tanggung Jawab Sosial
Edukasi

Pendidik dan Tanggung Jawab Sosial (Bagian 1)

11 Mei 2022
kekuatan dalam diri manusia
Edukasi

6 Kekuatan Dalam Diri Manusia yang Tersembunyi

9 Mei 2022
pupuk organik cair nasi basi
Edukasi

Cara Membuat Pupuk Organik Cair Nasi Basi

5 Mei 2022
Lainnya
Selanjutnya
Bulu Kuduk Berdiri

Bulu Kuduk Berdiri, Apakah Reaksi Terhadap Baha

artificial intelligence pendidikan

Artificial Intelligence dan Masa Depan Pendidikan

TRANSLATE

TERBARU

Kolaborasi dan Ekosistem, Penopang Model Bisnis Bank Digital

Kolaborasi dan Ekosistem, Penopang Model Bisnis Bank Digital

20 Mei 2022
ekspor beras DKI Jakarta

Peristiwa Bersejarah, DKI Jakarta Ekspor Perdana Beras ke Arab Saudi

20 Mei 2022
Kesusastraan jawa

Kesusastraan Jawa, Tinjauan Umum dan Jenisnya

20 Mei 2022
Polusi Membunuh 9 Juta Orang di Dunia Tiap Tahunnya

Polusi Membunuh 9 Juta Orang di Dunia Tiap Tahunnya

20 Mei 2022
Surplus/Defisit (Rp Triliun), 2000-2022

Surplus/Defisit (Rp Triliun), 2000-2022

20 Mei 2022
berharaplah kepada allah

Berharaplah Kepada Allah, Hati Jadi Tenang

20 Mei 2022
Fakta-fakta Seputar Minyak Goreng Curah yang Batal Dilarang Penjualannya

Ekspor Kembali Diizinkan Meski Harga Minyak Goreng Masih Tinggi, Bukti Ketidakbecusan Menteri Jokowi

20 Mei 2022

SOROTAN

Kasus Ruhut Sitompul
Opini

Kasus Ruhut, Waktu yang Tepat Rekonsiliasi

:: Yayat R Cipasang
16 Mei 2022

Kasus Ruhut Sitompul

Selengkapnya
Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Mewabah Gegara Tergiur Impor Ternak Murah

Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Mewabah Gegara Tergiur Impor Ternak Murah

11 Mei 2022
Ganjar Little Jokowi

Ganjar Little Jokowi, Untung atau Buntung?

8 Mei 2022
politik kadal gurun

Kisah Kecebong, Kampret dan Kadal Gurun

6 Mei 2022
Benarkah Bule Itu Pasti Kaya? Tidak!

Benarkah Bule Itu Pasti Kaya? Tidak!

5 Mei 2022
Kesalehan Sosial dan Islamophobia

Jilbab, Kesalehan Sosial dan Islamophobia

1 Mei 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang