Semua tertawa, merasa itu lelucon. Tetapi esoknya, entah siapa sumbernya, berita itu muncul di banyak koran, membuat masyarakat heboh.
Ia keluar pintu penjara disambut ribuan orang. Sebuah patung berbahan perung berlapis emas sudah menunggu.
Tak lama kemudian koruptor kita tiba di patung itu, ia bersalaman dengan siapapun yang hadir dalam peresmian monumen itu. Monumen keadilan.
Ia mengamati tulisan di bawah patung dirinya.
“MONUMEN KEADILAN. Hakekatnya hukuman paling berat adalah perasaan bersalah dan diasingkan di masyarakat,” tulisan itu dipahat rapi dan ditulis dengan emas cair 24 karat.
Sang Koruptor kita tersenyum. Ia masih gembira karena tak diasingkan orang-orang. Bahkan makin banyak yang mendekat.
Lalu bagaimana nasib rakyat negeri itu?
Seperti tertulis dalam kitab suci kaum koruptor, mereka kembali bekerja agar kolon usus bisa bekerja dan tak terkena serangan thypus.

Edhie Prayitno Ige; Penikmat anggrek gratisan dan bapak rumah tangga. Penulis buku Negeri Satire