Scroll untuk baca artikel
Kolom

Motivasi Utang

Suroto
×

Motivasi Utang

Sebarkan artikel ini
motivasi utang
Ilustrasi foto/Pexels.com/fajri nugroho

Dalam kasus yang kedua misalnya, madu yang berisi narkoba itu masuk ketika pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) saat ini, dimana utang itu masuk dikomitmenkan untuk digunakan membangun infrastruktur fisik yang sesungguhnya adalah berfungsi untuk ciptakan faktor pendukung (endorcement) bagi kepentingan investasi asing ketimbang kepentingan bagi rakyat.

Kita dapat lihat, utang membengkak begitu besarnya hingga lebih dari dua kali lipat pada periode Jokowi untuk dorong kepentingan investasi asing ini.

Utang di era Jokowi saat ini jumlahnya membengkak drastis hingga posisi utang pemerintah per 30 April 2023 mencapai Rp 7.849,89 triliun rupiah. Ini artinya setiap orang dan termasuk bayi yang baru lahir akan menanggung beban utang kurang lebih sebesar 28 juta rupiah.

Cara ugal ugalan pengelolaan utang kita ini sebabkan kondisi utang kita juga sudah masuk dalam situasi yang mengenaskan karena untuk membayar angsuran dan bunganya kita harus berutang lagi setiap tahunya.

Ini artinya bukan lagi dalam situasi gali lobang tutup lobang lagi, tapi meminjam istilah ekonom Awalil Rizky sudah dalam situasi gali lobang buat jurang.

Lalu utang yang dikomitmenkan untuk membangun infrastruktur itu diberikan lagi rompi pengaman dengan dibuat berbagai regulasi yang mendorong kepentingan asing itu masuk kuasai ekonomi kita.

Undang Undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja, UU Omnibus Law Penguatan dan Pengembangan Kektor Keuangan (PPSK), UU Omnibus Law Perpajakan dan lain lain adalah untuk tujuan gadaikan kepentingan kesejahteraan dan kedaulatan rakyat ini demi fasilitasi kepentingan asing tersebut.

Investasi asing kemudian masuk di sektor komoditi ekstraktif seperti tambang dan perkebunan monokultur semacam sawit. Kedua sektor ini dapat kita lihat, selain telah serobot tanah rakyat dan sebabkan petani kita kehilangan lahan pertanianya juga telah sebabkan terjadinya kerusakan alam dimana mana.

Bahkan dalam segi hargapun kita telah habis dipecundangi. Kita adalah produsen Sawit terbesar di dunia namun kita tidak dapat kendalikan harga.

Akibat yang paling ujung, karena menurunya kepemilikan lahan petani kita, maka kita jadi bergantung pada produk produk importasi pangan. Sebut saja misalnya kedelai. Kita menjadi sangat tergantung dari suplai Amerika Serikat hingga 83 persen dam 13 persenya dari Canada.

Ketika Amerika Serikat memilih lebih suka mengirimkanya untuk kebutuhan kedelainya sebagai pakan babi ke China, mereka dengan begitu enaknya mengurangi suplai ke negara kita dan akibatnya sempat dapat kita rasakan, yaitu kenaikan harga yang jika ini dilakukan terhadap semua produk pangan kita maka tentu ancaman inflasi tinggi akan begitu mudahnya terjadi.

Ketergantungan sumber pangan kita atau ekonomi domestik secara keseluruhan seperti pangan dan energi itu jika bergantung pada negara negara maju maka sudah pasti seluruh kebijakan kita menjadi jatuh di dalam tawanan mereka. Ini artinya urusan politik, ekonomi, sosial dan budaya kita menjadi lembek dan tertawan oleh kepentingan mereka sepenuhnya.

Kembali ke soal utang, utang dikomitmenkan dari negara negara maju itu motivasinya setidaknya adalah untuk mendisiplinkan negara kita agar tetap mengikuti kemauan mereka, memperkuat posisi tawar mereka, untuk menghindari pajak, untuk menguasai rantai nilai produk dan jasa di tingkat global, menjebak kita pada ketidakberdayaan fiskal untuk biayai promosi sosial, dan seperti pemberian utang pribadi, adalah untuk menghidari resiko seperti investasi.

Kita hari ini sedang disuruh untuk menalan madu, tapi ingat, madu itu mengandung racun narkoba yang sangat berbahaya. Bahkan kita disuruh lagi untuk menelan jebakan ideologis negara kesejahteraan welfare state) mereka yang sepenuhnya akan menjadikan kita sebagai negara gagal.