Scroll untuk baca artikel
pojok

Arti Khoirunnas Anfauhum Linnas, Inilah Penjelasan dan Pesan Imam Al-Ghazali

Redaksi
×

Arti Khoirunnas Anfauhum Linnas, Inilah Penjelasan dan Pesan Imam Al-Ghazali

Sebarkan artikel ini
Khoirunnas Anfauhum Linnas
Ilustrasi foto/Pexels.com

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

BARISAN.CO – Arti khoirunnas anfauhum linnas adalah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Ini merupakan hadits Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan secara shahih al-jami yang secara status hadits disahihkan Syaikh Al-Albaani dalam kitab beliau Shahih Al-Jaami’al-Shaghir.

Adapun lafal hadits tersebut yakni:

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

Khoirunnas anfauhum linnas

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Sebagai seorang hamba Allah Swt tuga kita berusaha senantiasa untuk menjadi baik. Entah bagaimanapun caranya, sebab agama Islam memberikan beragam jalan menuju Allah Swt.

Menjadi baik bisa dilakukan dengan cara beribadah menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Juga dengan beragam ibadah lainnya seperti ibadah sunah, sedekah maupun membantu meringankan beban saudaranya.

Imam Al-Ghazali berpesan dalam kitab Ajaib Al-Qalb, Al-Awwal min Rubu’ Al-Muhlikat, “Sungguh mengherankan kepada orang yang mendurhakai orang yang berbuat baik setelah dirinya tahu kebaikan orang itu, dan mematuhi orang yang durhaka setelah dia tahu kedurhakaan orang itu.“

Pesan tentang sebaik-baik manusia adalah mereka yang memahami pentingnya memberikan manfaat bagi sesama.

Mereka tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan orang lain di sekitarnya.

Memberikan pertolongan dan bantuan tanpa pamrih, dengan niat tulus untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Kualitas ini menandakan sejauh mana seseorang mampu melepas egoisme dan ego kecilnya, untuk berperan sebagai sumber kebaikan dan inspirasi bagi orang lain.

Allah Swt berfirman dalam surah Al-Isra ayat 7:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔوا۟ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا۟ ٱلْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا۟ مَا عَلَوْا۟ تَتْبِيرًا

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (QS. Al-Isra: 7)

KH. Muhammad Yusuf Chudlori atau Gus Yusu f pengasuh Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, Magelang berpesan dan memberikan nasihat agar kita untuk senantiasa dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain.

“Jika apa pun yang dimiliki oleh manusia bermanfaat atau berguna bagi orang lain, maka itu dinamakan barakah. Barakah ini akan mendekatkan manusia dengan Tuhannya,” terangnya.

Siapapun memiliki potensi dan posisi untuk khoirunnas anfauhum linnas dalam kehidupan sosial. Akan tetapi jangan hanya berdiri pada potensi dan posisi tersebut, sehingga memandang rendah orang lain. Namun terus berupaya tidak berbuat kerusahan, dan berjalan di jalan kebaikan.

Kebermanfaatan bagi manusia lain juga merupakan tolok ukur moralitas dan keadilan seseorang. Sebab, saat kita mampu memberikan manfaat, kita secara tidak langsung membuka jalan bagi terwujudnya kesetaraan dan kesejahteraan bersama.

Seseorang yang mendedikasikan dirinya untuk kemanusiaan secara hakiki, tidak hanya menebar kebaikan bagi individu, tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat bagi komunitas yang lebih solid dan inklusif.

Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi sesama juga memahami bahwa kebaikan yang diberikan tak selalu harus berwujud materi atau jasa besar.