Scroll untuk baca artikel
Kolom

Mudik versus Kesunyian

Redaksi
×

Mudik versus Kesunyian

Sebarkan artikel ini
Mudik versus Kesunyian
Ilustrasi: Pexels.com/Matthew Ang

Memang sulit membebaskan diri dari kebisingan luar, tetapi masih lebih sulit masuk ke dalam keheningan batin, keheningan yang dirindukan oleh setiap manusia.

Tampaknya orang yang terjerat dalam hiruk pikuk berbagai suara itu telah kehilangan kontak dengan diri batinnya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dalam batin tinggal tak terjawab.

Perasaan-perasaan yang tak menentu tidak dijernihkan dan keinginan-keinginan yang menyasar tak diluruskan, perasaan-perasaan yang membingungkan tidak dipahami.

Kalau demikian yang ada adalah setumpuk perasaan yang kacau yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk disembuhkan. Karena orang itu terus-menerus membiarkan dirinya ditarik dan diganggu oleh dunia yang selalu menarik dan menuntut perhatiannya.

Karena itu, tidak mengherankan kalau seluruh hiruk pikuk hidup sehari-hari meskipun sudah dibuat diam, masih terdengar suara lain yang keluar dari semua perasaan yang samar-samar, yang berteriak meminta perhatian.

Orang yang masuk ke dalam ruangan yang tenang, belum tentu mengalami keheningan batin. Kalau tidak ada lagi orang yang diajak berbicara, tidak ada lagi orang yang harus didengarkan, mulailah percakapan batin yang hampir tidak mungkin dielakkan.

Banyaknya soal yang harus diselesaikan, banyaknya urusan yang minta diperhatikan, banyaknya kekecewaan tertahan yang berebut memperdengarkan keluhannya, semua itu bisa menjadikan orang tak berdaya dalam kesendirian.

Kesulitan mengalami keheningan batin, masalahnya bukan apakah orang dapat hidup tanpa teman atau tanpa sesuatu untuk dilihat dan didengarkan.

Melainkan, ada banyak orang yang tidak tahan tinggal dalam kesendirian, memejamkan mata dan berdoa agar dengan halus dapat menyingkirkan berbagai suara lalu duduk tenang menghadapi kesunyian.

Masuk dalam kesunyian dan hening, berada dengan diri sendiri, sama sekali lain dengan tidur. Bahkan hening berarti sepenuhnya berjaga, mengikuti dengan penuh setiap gerak yang terjadi dalam batin.

Hening mengandaikan disiplin diri yang membuat orang mampu melihat bahwa dorongan untuk berdiri dan pergi sebagai godaan untuk mencari di tempat lain hal yang sebenarnya ada di dekatnya.

Hening adalah kebebasan untuk berjalan mengelilingi kebun kehidupan sendiri di halaman ruang batin, menyapu daun-daun yang berserakan dan membersihkan jalan-jalannya, sehingga kita dapat menemukan rumah damai. [Luk]