Di balik anyaman rumit ketupat, tersimpan filosofi mendalam tentang kesalahan, pengampunan, dan kembali pada fitrah.
BARISAN.CO – Lebaran bukan sekadar perayaan kemenangan, tetapi juga momentum mendalam yang tersirat dalam makna ketupat anyaman rumit yang melambangkan perjalanan hidup penuh ujian, hingga akhirnya kembali pada kesucian.
Lebaran atau Idul Fitri adalah momen yang sangat dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, Hari Raya Idul Fitri menjadi saat kemenangan, di mana umat Islam kembali kepada fitrah, bersih dari dosa, dan mempererat tali silaturahmi.
Di Indonesia, perayaan Lebaran tidak hanya sekadar menjalankan salat Id dan bermaaf-maafan, tetapi juga dipenuhi dengan berbagai tradisi unik yang telah diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah tradisi ketupat, yang menjadi simbol khas dalam perayaan Lebaran.
Ketupat bukan sekadar hidangan pendamping opor ayam atau rendang di meja makan saat Lebaran. Ia menyimpan makna filosofis yang mendalam, terutama dalam ajaran Islam dan budaya masyarakat Nusantara.
Tradisi ketupat diyakini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masa kerajaan Demak di abad ke-15 sebagai bentuk akulturasi budaya Islam dengan kearifan lokal masyarakat Jawa.
Dalam bahasa Jawa, ketupat berasal dari kata “kupat” yang merupakan kependekan dari “ngaku lepat”, yang berarti mengakui kesalahan. Ini selaras dengan esensi Idul Fitri, yaitu momen untuk saling memaafkan, menyadari kesalahan, dan memperbaiki diri.
Dalam ajaran Islam, meminta dan memberi maaf menjadi salah satu bagian penting dari penyucian diri, sehingga ketupat menjadi simbol rekonsiliasi dan kebersamaan.
Makna Simbolik Ketupat
Sunan Kalijaga dengan kecerdasannya tidak hanya mengenalkan ketupat sebagai makanan khas Lebaran, tetapi juga sebagai simbol yang sarat makna. Beberapa makna filosofis dari ketupat antara lain:
1. Janur sebagai Lambang Cahaya Ilahi
Ketupat terbuat dari janur atau daun kelapa muda. Dalam bahasa Arab, janur dapat diartikan sebagai “Ja’a Nur” yang berarti “datangnya cahaya” atau “Jannatun Nur” yang bermakna “cahaya surga”.
Ini mencerminkan harapan agar setiap insan yang telah menjalani Ramadan dengan baik dapat meraih cahaya kebaikan dan keberkahan di hari kemenangan.
2. Anyaman Rumit Melambangkan Kehidupan
Proses pembuatan ketupat yang rumit dengan anyaman yang menyilang-menyilang menggambarkan lika-liku kehidupan manusia yang penuh dengan kesalahan dan ujian.
Namun, saat ketupat dibuka, bagian dalamnya berwarna putih bersih, melambangkan hati yang kembali suci setelah melalui perjalanan penuh rintangan dan dosa.