Barisan.co – Barangkali di kalangan anak muda masih kurang memahami musik keroncong. Di tengah arus disrupsi dan budaya pop bisa jadi musik keroncong dianggap jadul, kuno, atau musik klangenan saja. Apakah memang benar adanya?
Bertempat di Studio Orkes Keroncong (OK) Irama Baru, Komunitas Kaligawe (KoWe) silaturahmi gelar Sapa Kowe edisi 5. Menengahkan perbincangan Musik Keroncong: Di Era Disrupsi dan Budaya Pop. Dipandu host Sergio Bebas Gio acara dibuka dengan musik keroncong lagu Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Marzuki.
Sebelum bincang Sapa Kowe membahas Musik Keroncong, diawali dengan doa dan mengheningkan cipta karena ada sedulur dari KoWe yang meninggal dunia. Semoga diberikan tempat terindah di sisi-Nya.
Seolah musik keroncong tengelam dengan musik-musik lain seperti musik pop, rock, maupun musik lainnya. Menanggapi persoalan tersebut Pimpinan OK Irama Baru Agus Gunawan mengatakan, adanya Komunitas Warung Keroncong untuk mensejajarkan dengan musik lain. Karena kita sebagai pengemar dan pemerhati musik keroncong di era sekarang agak berbeda.
“Memang berbeda dengan tahun 1980-an, setiap pagelaran acara atau punya hajat selalu ada penampilan musik keroncong,” tutur Agus.
Agus menambahkan bahwa musik keroncong tidak ketinggalan. Maka terbentuklah Komunitas Warung Keroncong pada tahun 2008. Diharapkan musik keroncong di Kota Semarang dapat mengairah, yang memang keroncong saat ini hampir punah.
Menurut Pengurus Komunitas Warung Keroncong Eko Prayitno, musik keroncong ada pasang surut, dianggap musik wong tuwo.
“Namun kami memiliki sisi optimis sebab sekarang sudah terbentuk keroncong anak-anak muda. Anak muda ini mulai menginovasi musik keroncong yang membawakan lagu tidak lagu keroncong,” ucap Eko.
Eko menambahkan, musik keroncong itu ada tiga; keroncong asli, langgam keroncong, dan keroncong istanbul. Sehingga musik keroncong bisa mengiring semua jenis musik. Pastinya musik keroncong tidak akan tengelam.
Orkes Keroncong
Kelompok Oreks Keroncong Irama Baru berdiri pada tahun 2016. Pada tahun yang sama masuk tergabung dalam Komunitas Warung Keroncong Semarang. Adanya komunitas Warung Keroncong diharapkan mendapatkan perhatian pemerintah dan mampu melestarikan musik keroncong.
Pengurus Warung Keroncong Semarang Eko Prayitno menyampaikan bahwa komunitas ini sebagai wadah grup-grup musik keroncong di Kota Semarang.
“Saat ini Warung Keroncong sudah mewadahi 12 grup musik keroncong di Kota Semarang. Kami selalu menyelenggarakan penampilan rutin. Namun pandemi Covid-19 ini kegiatan semacam itu mulai terdampak,” tuturnya.
Sementara itu Tundung Klavierra anggota OK Irama Baru mengatakan bahwa musik keroncong OK Irama Baru memiliki ciri khas tersendiri. Grup-grup musik keroncong memiliki jenis genre musik, baik dangdut, pop, dan tentunya musik keroncong asli.
Soal perhatian pemerintah Kota Semarang terhadap musik keroncong hanya sedikit perhatian saja. Kepedulian pemerintah masih kurang, sehingga komunitas Warung Keroncong Semarang harus mencari alternatif lain. Seperti membagi dana dalam tiga kelompok. Tiga kelompok itu nantinya menggelar acara musik yang sebenarnya dana dari komunitas sendiri. Dana dari kita dan kembali ke kita.
Pimpinan Komunitas Kaligawe Teha Edy Djohar berharap grup musik keroncong dapat menggandeng siapa saja. Baik tingkatan pemerintah kota, kecamatan maupun kelurahan. Tentunya mulai mengenalkan ke khalayak umum sehingga musik keroncong tetap eksis.
Acara Sapa Kowe meski membahas musik keroncong, tetap menampilkan ciri khususnya yakni baca puisi. Kelana Siwi penyair anggota KoWe dan tinggal di Kota Kendal membacakan 2 puisi dari bukunya Martin Suryajaya.