CURAH hujan sangat tinggi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau baru terjadi pada April 2023 itu pun dimulai dari Indonesia Timur. Jawa kemungkinan memasuki kemarau pada Mei dan puncak musim kemarau diprediksi pada Agustus 2023.
Sayangnya, dalam anggapan masyarakat umum dan juga di kalangan pemerintah, musim hujan ini justru dianggap sebagai bencana. Air terus dianggap sebagai penyebab banjir.
Paradigma dan cara pandang ini yang harus diubah dan harus disosialisasikan terus kepada masyarakat. Hujan bukan musibah tetapi berkah.
Pemerintah pusat dan juga daerah selain terus menggalakkan penghijauan dan rehabilitasi dan revitalisasi wilayah resapan air juga mesti membangun infrastruktur yang berkelanjutan. Bukan infrastruktur yang justru merusak lingkungan.
Pembangunan dua waduk kering untuk menampung dan menyerap limpahan air Sungai Ciliwung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sangat baik.
Pembangunan sejenis perlu dilakukan di wilayah lainnya seperti di Kota Bogor dan juga Kota Depok atau mungkin Jakarta. Tetapi untuk selain Kabupaten Bogor umumnya terkendala pembebasan lahan yang sangat mahal dan itu sangat sulit dilakukan.
Untuk Kota Bogor dan Kota Depok yang paling maksimal paling tidak secara rutin mengeruk dan merevitalisasi danau, situ, atau empang masyarakat sehingga memiliki daya tampung seperti sebelum terdesak oleh permukiman warga.
Pemerintah juga ke depan semestinya memberikan izin dalam pembangunan gedung komersial dan kompleks perumahan dengan kewajiban menyediakan lahan untuk menyerap air hujan dan juga penampungan air hujan.
Penampungan atau penangkapan air hujan tersebut bisa di atas gedung atau dalam bentuk danau di dalam tanah. Air tersebut dapat digunakan untuk konsumsi warga gedung sehingga dapat mengurangi eksploitasi dan konsumsi air tanah yang mengakibatkan penurunan muka air tanah.
Kita patut mencontoh Negara Bagian California menangkap air banjir justru untuk mengisi ulang air tanah yang terkuras selama krisis air yang parah.
Seperti dilaporkan The Los Angeles Times edisi online 11 Maret 2023, Kanal Delta-Mendota di sepanjang tepi barat Lembah San Joaquin sebanyak 600.000 acre-feet air banjir dari Sungai San Joaquin dialirkan untuk mengisi air tanah di wilayah tempat perlindungan satwa liar.
Selama musim kering yang dianggap paling parah dan sampai tujuh negara bagian berebut air Sungai Colorado, air selain banyak terkuras untuk kepentingan warga juga bagi keperluan pertanian.
Saat air meresap ke dalam tanah dan mengisi kembali akuifer, hal itu dapat membantu mengatasi penurunan permukaan air yang membuat banyak keluarga mengalami kekeringan sumur di daerah pedesaan di seberang Central Valley, kata pejabat California.
Jadi sangat aneh kalau ada pejabat di Indonesia yang lebih senang air di musim hujan langsung dibuang ke laut apakah itu dengan proyek sodetan atau normalisasi! [rif]