Scroll untuk baca artikel
Blog

Narasi –  Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Narasi –  Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Beberapa kali Ki Sadur menarik nafas panjang sebelum membuka mulutnya.  Wajah-wajah warga desa terlihat tegang menunggu apa yang akan dikatakan oleh Ki Sadur.

“Taun peteng itu artinya tahun penuh paceklik.  Nora bakal peteng itu artinya bahwa kita tidak akan mengalami paceklik jika bungah ketekan dokar mbancik manggar,”  Sampai di situ terlihat Ki Sadur menarik nafas panjang kembali.  Suasana semakin tambah senyap menunggu kalimat berikutnya dari ki Sadur.

“Tak akan susah jika kita semua berbahagia menyambut datangnya orang-orang dengan kendaraan besar yang melintas desa kita,”  Sampai di sini warga desa belum juga mengerti apa yang dimaksud oleh Ki Sadur.  Karena kalau diartikan harafiah dokar mbancik manggar itu artinya bahwa dokar yang berjalan di antara bunga kelapa.  Tentu saja itu adalah hal yang sangat mustahil dapat dimengerti oleh alam kenyataan sehari-hari.

“Dokar itu artinya kendaraan.  Sementara mbancik manggar itu artinya berjalan di jalanan yang dibangun setinggi dengan pohon-pohon kelapa milik warga desa,” ujar Ki Sadur terbata-bata.  Kalimat terakhir Ki Sadur ini sangat terang artinya bagi warga desa tanpa terkecuali dengan Kasdi.  Ketika Kasdi hendak angkat bicara, tiba-tiba saja tubuh Ki Sadur telah roboh.  Suasana pekuburan pun mendadak gaduh.  Dan sedetik kemudian warga desa telah terlihat menggotong tubuh Ki Sadur Pulang.