Dengan KTP palsu, mereka kemudian minta penggantian kartu perdana milik Ilham. Berdasarkan rekaman CCTV yang diperoleh Ilham, proses penggantian kartu berlangsung tidak lebih dari 6 menit.
Prosedur verifikasi salah satunya dengan menyebutkan tiga nomor terakhir yang dihubungi, tidak dilakukan. Dengan menguasai nomor Indosat milik Ilham mereka kemudian sukses membobol akun bank pemilik tabloid sohor Cek & Ricek (almarhum) di Bank Commonwealth.
Saat proses pembobolan bank, telefon seluler Ilham sedang tidak aktif. Dia tengah berada di Australia menjenguk anaknya.
Ilham menyesalkan mengapa yang menjadi tersangka hanya para pembobol, padahal ada unsur kelalaian dan kehati-hatian dari petugas Indosat maupun Bank?
Harusnya hakim menghadirkan pegawai Indosat yang melayani komplotan. “Itu penting untuk mengurai tanggung jawab Indosat,” ujar Ilham.
Begitu juga bagian IT Commonwealth Bank. Mereka harus menerangkan kepada hakim bagaimana mekanisme kerjanya. Tidak bisa urusan nasabah, apalagi menyangkut dana ratusan juta sampai miliaran rupiah hanya diserahkan kepada mesin.
Sejauh ini Commonwealth tetap bersikukuh dan menganggap mesin ITnya sudah bekerja benar.
Kasus ini berdampak serius terhadap para pelanggan telefon seluler, maupun nasabah bank. Juga bisa menghancurkan kepercayaan publik terhadap otoritas pemerintah, industri telefon seluler dan perbankan.
Betapa mudahnya data dari OJK bocor. Betapa mudah mengambil-alih nomor telefon milik orang lain. Dan betapa mudahnya membobol rekening di perbankan.
Setelah kasus Ilham meledak, industri jasa telekomunikasi, perbankan dan OJK berjanji akan memperbaiki SOPnya.
Namun, kata Ilham, bulan Mei lalu kasus serupa kembali terulang. Seorang pemakai Indosat kartunya dibobol. Tabungannya sebesar Rp 675 juta di BRI amblas disikat komplotan penjahat.
Negeri ini benar-benar makin tidak aman. end