Puan Maharani mendapatkan julukan Ning Maharani saat silaturahmi dengan para Gawagis yakni sebutan untuk perkumpulan putra-putri Kiai di Jawa Timur
BARISAN.CO – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani mendapat julukan “Ning Maharani.” Julukan tersebut diberikan para Gawagis sebutan untuk perkumpulan putra-putri Kiai yakni Gus untuk sebutan putra kiai dan Ning untuk putri kiai, Rabu (15/6/2022) malam.
Gawagis Jawa Timur menyematkan gelar Ning Maharani kepada putri Bung Karno tersebut saat pertemuan silaturahmi di Surabaya. Puan bertemu dengan para Gawagis yang telah menjadi tradisi keluarga.
“Silaturahmi ini merupakan tradisi keluarga yang diturunkan dari orangtua mereka. “Ini forum yang bagus untuk menjahit silaturahmi para kakek-kakek kita. Dan sekarang kita genersi ketiga melanjutkannya,” kata Puan dalam keterangannya.
Puan meminta agar silaturahmi seperti ini dilakukan secara berkala. Puan ingin seperti kakek dan ibunya yang dekat dengan para kiai.
“Dulu Bung Karno dan para kiai selalu bergandengan. Bu Mega dan Gus Dur seperti kakak-adik, ke mana-mana selalu rendengan. Kenapa kita tidak seperti itu sekarang?” imbuhnya.
Mengenai panggilan Ning Maharani, KH Maksum Faqih memberikan tanggapan yang menyatakan berkumpul dan satu keluarga dengan Gus-Gus.
“Maka dipanggil saja Ning (sebutan untuk perempuan/putri khas Surabaya) Maharani,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban ini.
Beberapa Gus yang hadir di antaranya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, KH Maksum Faqih yang menjadi salah inisiator acara Ta’aruf dengan dengan Puan.
Hadir juga KH Nabil Hasbullah (Ponpes Darul Hikam Ponorogo), KH Moh Hasib Wahab (Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang), dan KH Moh Hisyam (Probolinggo), KH Nabil Hasbullah (Pondok Pesantren Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo).
Gus Maksum panggilan akrab KH Maksum Faqih mengibaratkan Puan Maharani kembali ke rumah yang telah dibangun oleh Bung Karno dan para Kiai NU.
“Ini seperti kembali ke rumah. Kalau kembali ke rumah harus nyaman sebagai satu keluarga. Makanya kami panggil Ning,” terangnya putra KH Abdullah Faqih ini.
Gus Maksum pun berharap teladan Bung Karno sebagai sosok Nasional yang dekat dengan para ulama terus diteladani. “Kaum santri dan nasionalis harus bersatu, harus dipertahankan. Insya Allah tidak akan ada yang menggoyahkan cita-cita Bung Karno,” tutupnya. [Luk]