Scroll untuk baca artikel
Kolom

Nyoblos dan Kompleks Fanatisme

Redaksi
×

Nyoblos dan Kompleks Fanatisme

Sebarkan artikel ini

MENYOBLOS dalam pemilu itu berat. Walau dibilang pesta demokrasi, tapi ada yang dipertaruhkan. Bukan macam memilih kucing dalam karung, tapi ada keyakinan dengan beban ideologi.

Beban memberat karena ada emosi yang bicara. Tak lain karena perbedaan keyakinan itu. Soal ideologi baiknya kita ganti dengan diksi keyakinan itu. Keyakinan yang muncul dari ketidaksadaran politik.

Sebabnya akan panjang dan abstrak kalau kita bicara soal ideologi politik. Jadi bukan idiologi, tapi semacam idola. Siapa idola yang tertanam di dalam dirimu, sadar atau tidak sadar. Kompleks fanatisme!

Juga bagi parpol, benarkah mereka masing-masing berideologi. Kecuali, untuk dengan menghalalkan segala cara, merebut kemenangan, demi kekuasaan absurd (bukan absolud), yang ujungnya jelas.

Bukan ketuhanan yang maha esa, melainkan: keuangan yang maha esa. Korupsi bisa mencapai milyaran bahkan triliunan. Betapa, kehidupan kita ditentukan oleh parpol ekonomic absurd itu — untuk tidak menyebut kapitalis-liberalis.

Perbedaan idola di tengah masyarakat dunia ketiga itu pun bisa berlangsung di dalam rumah. Suami dan isteri bisa berbeda idola, dan terjadi perdebatan absurd. Pun orang tua dan anak, yang perdebatannya bisa berakhir dengan airmata. Semacam fanatisme mendekati klenik.

Alangkah tidak sederhananya perkara nyoblos. Tidak sekadar masuk bilik, membuka lembar ragam gambar. Ambil paku dan menusuk gambar pilihan.

Ada beban serupa sisypus, mendorong batu ke atas gunung, batu menggelinding ke bawah, mendorong lagi ke atas, menggelinding lagi. Begitu seterusnya.

Panitia lebih repot lagi, bekerja seharian, tidak boleh ada kesalahan ketlingsut. Belum lagi faktor usia, penyakit bawaan, stress, dan tekanan kekuasaan. Dalam Pemilukada 2019, berapa anggota PPS yang mati mendadak. Ratusan, hampir satu juta orang.

Begitu hasil diperoleh, dan idola terpilih, benarkah kehidupan abstrak ini akan berganti cerah. Betulkan akan berubah, jika sistemnya tidak berubah. Berganti dengan sistem akal sehat.

Di malam hari kita tidak bisa tidur karena hantu idol klenik. Esok hari, kita dihadapkan pada hantu yang menyerang di kala fajar.***