Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Orang Cerdas Lebih Mungkin Kena Gangguan Kecemasan dan Depresi

Redaksi
×

Orang Cerdas Lebih Mungkin Kena Gangguan Kecemasan dan Depresi

Sebarkan artikel ini

Orang cerdas diharapkan dalam banyak hal sehingga mereka acap berjuang dengan kecemasan dan stres untuk memenuhi harapan orang sekitarnya.

BARISAN.CO – Memiliki kecerdasan di atas rata-rata sering dianggap menguntungkan. Misalnya, memiliki pekerjaan lebih baik, gaji lebih tinggi, dan bahkan umur lebih panjang. Namun di balik keuntungan yang maksimal, orang dengan IQ lebih tinggi memiliki kelemahan.

Sebuah penelitian berjudul “High Intelligence: A Risk Factor for Psychological and Physiological Overexcitabilities”, dipimpin oleh Ruth Karpinski dari Pitzer College mengungkapkan, IQ yang lebih tinggi dikaitkan dengan lebih banyak penyakit mental, termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar.

Penelitian itu mensurvei lebih dari 3.700 anggota Mensa, sebuah kelompok masyarakat yang anggotanya harus memiliki IQ dua persen teratas, yakni sekitar 132 atau di atasnya.

Tim peneliti menemukan, gangguan mood dan gangguan kecemasan sangat umum di antara anggota Mensa. Pada populasi umum, sekitar 10 persen orang memiliki gangguan mood dan 10 persen lainnya memiliki gangguan kecemasan. Sedangkan, di antara anggota Mensa, persentasenya jauh lebih tinggi.

Sekitar 20 persen anggota Mensa didiagnosis memiliki gangguan kecemasan dan hampir 27 persen lainnya didiagnosis gangguan mood, seperti depresi berat atau gangguan bipolar.

Penelitian itu kemungkinan besar benar. Mengutip The Harvard Crimson, banyak mahasiswa Harvard terlalu berlebihan, tidak bahagia, berkonsentrasi pada mata pelajaran yang tidak disukai, dan memasuki karir juga tidak sesuai minatnya.

Para mahasiswa itu enggan melepas tekanan karena takut mengakui kekalahan. Bagi sebagian orang, depresi dan pikiran bunuh diri bisa terjadi.

Banyak mahasiswa Harvard mengibaratkan kuliah dengan siklus brutal dari beban mata kuliah, ekstrakurikuler, padatnya deadline, kurang tidur, saraf tegang, kesepian dan mati rasa, serta pelarian yang sama sekali tidak menyenangkan. Hingga mereka bertanya-tanya, “Apakah Harvard benar-benar layak?”

Orang cerdas juga diharapkan dalam banyak hal sehingga mereka menjadi pejuang tunggal yang berjuang dengan kecemasan dan stres untuk memenuhi harapan orang sekitarnya.

Ketika banyak beban terus menekan, itu akan berakibat pada berkurangnya teman sebaya. Mereka secara bertahap kurang bahagia dan membuatnya tertawan oleh keadaan depresi dan kesepiannya sendiri. [dmr]