Gabriela menegaskan kekerasan ekonomi ini secara akut melintasi garis rasial, terpinggirkan dan gender.
“Saat Covid-19 melonjak, ini berubah menjadi gelombang kekerasan berbasis gender, bahkan lebih banyak perawatan yang tidak dibayar menumpuk pada pada perempuan dan anak perempuan,” tegas Gabriela.
Pandemi telah membuat kesetaraan gender mengalami kemunduran. Perempuan secara kolektif kehilangan pendapatan US$800 miliar pada tahun 2020, dengan 13 juta lebih sedikit perempuan yang bekerja daripada tahun 2019.
Sementara itu, 252 laki-laki memiliki kekayaan lebih banyak daripada penggabungan satu miliar perempuan dan anak perempuan di Afrika, Amerika Latin, dan Karibia.
Ketimpangan antar negara juga diprediksi meningkat untuk pertama kalinya dalam satu generasi. Negara kaya memonolpoli perusahaan farmasi berimbas pada akses vaksin yang memadai. Sehingga negara-negara berkembang terpaksa memangkas pengeluaran sosial karena tingkat utang melonjak. Dan saat ini menghadapi prospek langkah-langkah penghematan.
Proporsi orang dengan Covid-19 yang meninggal karena virus di negara berkembang pun kira-kira dua kali lipat dari negara kaya.
Menurut Gabriela, pandemi telah membongkar secara terang-terangan motif keserakahan dan peluang melalui cara politik dan ekonomi. Ini menjadi indikasi kekerasan ekonomi terhadap ketidaksetaraan ekstrem.
“Setelah bertahun-tahun meneliti dan mengkampanyekan masalah ini, kesimpulan mengejutkan, namun tak terhindarkan yang harus dicapai Oxfam hari ini,” tambah Gabriela.
Krisis Iklim
Ketimpangan pun menjadi inti dari krisis iklim karena 1 persen orang terkaya mengeluarkan CO2 dua kali lipat lebih banyak daripada 50 persen orang terbawah dunia. Juga mendorong perubahan iklim sepanjang tahun 2020 dan 2021 yang telah berkontribusi pada kebakaran hutan, banjir dan tornado, gagal panen, serta kelaparan.
“Ketimpangan pada kecepatan dan skala itu bukan kebetulan melainkan pilihan. Tidak hanya struktur ekonomi membuat kita semua merasa kurang aman terhadap pandemi ini. Mereka secara aktif memungkinkan yang sudah sangat kaya dan berkuasa mengeksploitasi krisis iklim ini demi keuntungannya sendiri,” lanjut Gabriela.
Gabriela menyampaikan tidak ada kekurangan uang, kebohongan itu mati ketika kurangnya keberanian dan imajinasi yang diperlukan untuk membebaskan diri dari pengekangan neoliberalisme ekstrem yang gagal serta mematikan. [rif]