Selama beberapa generasi, pengacara dianggap sebagai pekerjaan prestise.
BARISAN.CO – Tiap orang tua memang ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Namun, dalam prosesnya, terkadang orang tua justru mendikte dan tak menghargai pendapat dan perasaan anaknya.
Dalam Drama Korea Crash Course in Romance, misalnya, Jae Seo-jin (Jang Young-nam) ingin agar anaknya, Lee Sun-jae (Lee Chae-min) mendapatkan nilai yang bagus, sehingga bisa masuk universitas SKY dan melanjutkan karier cemerlang seperti dirinya yang berprofesi sebagai pengacara.
SKY adalah singkatan yang digunakan untuk menyebut tiga universitas paling bergengsi di Korea Selatan, yakni Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University. Istilah ini banyak digunakan di Korea Selatan, bahkan salah satu drama Korea, secara khusus menjadikannya sebagai judul “SKY Castle”.
Banyak orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya kuliah di sana, terutama sekolah hukum di SKY adalah universitas top di Korea Selatan.
Singkat cerita, Seo-jin memberikan soal ujian Membaca Bahasa Korea kepada Sun-jae. Awalnya, Sun-jae tak sadar kalau itu adalah soal ujian karena ibunya bilang itu soal latihan. Bahkan, dia memberikan soal itu kepada Nam Ha-e (Roh Yoon-seo), sahabatnya.
Namun, saat hari ujian, Sun-jae baru menyadarinya. Sahabatnya memilih mengosongkan lembar jawaban untuk menghindari kecurangan. Sedangkan, Sun-jae tetap menjawabnya. Alhasil, nilai ujian Sun-jae mendapat peringkat pertama di sekolah.
Perasaan bersalah pun muncul. Dia pun meminta agar ibunya mengaku. Tidak, Seo-jin berkeras, keputusan yang dia ambil menurutnya demi putranya.
Hingga saat mencapai klimaks di episode 14, saat Sun-jae berkata, “Bukan aku yang mau, tapi ini mau ibu.”
Bukannya merasa bersalah, Seo-jin justrus menjawab, “Kau masih belum mengerti. Betapa masyarakat kita sangat blak-blakan, suka mengkritik, dan menganggap jabatan sangat penting. Sebentar lagi semaunya akan selesai.”
Sun-jae pun seketika membalas.
“Apakah ibu bahagia? Apa ibu bahagia karena memiliki pekerjaan yang bagus?”
Pengacara Dianggap Pekerjaan Prestise
Dalam kehidupan, budaya membentuk cara kita bekerja dan bermain. Itu juga membuat perbedaan dalam cara kita memandang diri sendiri dan orang lain.
Memengaruhi nilai-nilai, yang kita anggap benar dan salah. Beginilah cara masyarakat tempat kita tinggali hingga memengaruhi pilihan kita. Namun, pilihan itu juga dapat memengaruhi orang lain dan pada akhirnya membentuk masyarakat kita.
Selama beberapa generasi, pengacara dianggap sebagai pekerjaan prestise. Gelar yang mengesankan, gaji yang besar, dan otoritas atas orang lain telah menempatkan pengacara di lingkaran elite profesional yang dihormati dan mewujudkan definisi kesuksesan.
Pengacara masih menikmati status profesional yang unik dan citra glamor yang diabadikan oleh media. Terlebih terpilih mendampingi klien yang terkenal.
Bekerja sebagai pengacara adalah salah satu pekerjaan yang paling memberikan penghargaan intelektual di planet ini. Dari membantu mematenkan rahasia dagang hingga merancang strategi uji coba hingga membentuk merger bernilai jutaan dolar, pengacara adalah pemecah masalah, analis, dan pemikir inovatif yang kecerdasannya sangat penting untuk kesuksesan karier.
Untuk menjadi pengacara di Korea, seseorang harus lulus ujian pengacara. Pelamar yang telah memperoleh gelar master profesional dari sekolah hukum terakreditasi di Korea berhak mengikuti ujian tersebut.
Profesi Idaman Orang Tua
Enam dari 10 orang tua di Korea ingin anak mereka menjadi dokter atau pengacara atau memiliki karir profesional lainnya, dilansir dari Korea Times.