Pengacara masih menikmati status profesional yang unik dan citra glamor yang diabadikan oleh media. Terlebih terpilih mendampingi klien yang terkenal.
Bekerja sebagai pengacara adalah salah satu pekerjaan yang paling memberikan penghargaan intelektual di planet ini. Dari membantu mematenkan rahasia dagang hingga merancang strategi uji coba hingga membentuk merger bernilai jutaan dolar, pengacara adalah pemecah masalah, analis, dan pemikir inovatif yang kecerdasannya sangat penting untuk kesuksesan karier.
Untuk menjadi pengacara di Korea, seseorang harus lulus ujian pengacara. Pelamar yang telah memperoleh gelar master profesional dari sekolah hukum terakreditasi di Korea berhak mengikuti ujian tersebut.
Profesi Idaman Orang Tua
Enam dari 10 orang tua di Korea ingin anak mereka menjadi dokter atau pengacara atau memiliki karir profesional lainnya, dilansir dari Korea Times.
Menurut sebuah survei oleh Korean Institute of Child Care and Education (KICCE), 58,7 persen dari 316 orang tua mengatakan, mereka mengharapkan anak mereka memiliki pekerjaan profesional. Responden adalah orang tua yang tinggal di Seoul dengan anak-anak berusia antara dua dan lima tahun.
Mengikuti karir profesional yang menggiurkan, mereka memilih artis, musisi atau entertainer sebagai pilihan kedua sebesar 10,9 persen, diikuti guru sebesar 9,9 persen, dan pekerja kantoran atau teknisi sebesar 8 persen.
Orang tua di negara lain ingin anaknya menjadi dokter atau pengacara juga. Lembaga ini mensurvei 300 orang tua di empat kota lainnya: Tokyo, Taipei, New York dan Helsinki dan mereka semua memilih pekerjaan profesional sebagai pilihan utama mereka.
Namun, orang tua Jepang dan Taiwan memilih pekerja kantoran atau teknisi sebagai pilihan kedua mereka, sementara orang tua Amerika dan Finlandia memilih CEO.
Pada tahun 2010, dilaporkan bahwa 46,3% pejabat tinggi pemerintah dan 50% CEO industri keuangan besar adalah lulusan universitas SKY. Selain itu, lebih dari 60% siswa yang lulus ujian Korean Bar tahun 2010 adalah lulusan universitas SKY. Diterima di salah satu universitas ini biasanya mengharuskan siswa berada dalam 1% teratas dari Tes Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi Korea.
Maka, tak mengherankan jika Seo-jin bersikeras agar Sun-jae mendapatkan nilai yang bagus, meski dengan cara tidak etis seperti itu.
Sun-jae memang anak yang cerdas, tetapi dia lemah dengan pelajaran Membaca Bahasa Korea. Namun, haruskah orang tua memaksakan kehendaknya, yang bagi anak itu tidak membuat mereka bahagia?