Tanpa jiwa pembelajar, media digital yang merupakan sarana belajar tak terbatas menjadi tidak berfungsi. Bahkan media digital potensial disalaggunakan sebagai sarana diluar kepentingan belajar seperti game, sekedar sarana hiburan, medsos atau tidak menutup kemungkinan sebagai tindak kriminal (cyber crime).
Kembali pada pokok persoalan, digitalisasi sekolah hanya satu aspek saja dalam dunia pendidikan. Urusan pendidikan yang utama adalah manusia, yakni membangun manusia pembelajar. Pada manusia pembelajar, apapun instrumen yang ada, semua akan menjadi bernilai. Apalagi jika kita memahami keberadaan masyarakat Indonesia dari Ujung Barat, Sabang hingga Ujung Timur, Merauke. Segala jenis level peradaban ada disitu, mulai era pra pertanian, pertanian, industri hingga era informasi. Penyamarataan digitalisasi sekolah menjadi tak realistis dan tak paham konteks.
Sebaliknya, membangun manusia, khususnya membangun mental pembelajar menjadi kebutuhan pada era apapun dan kondisi apapun. Dan sayangnya, pada aspek itu kita masih kurang kalau tidak boleh dibilang gagal. Suatu aspek yang fundamental dalam pendidikan. [rif]