Scroll untuk baca artikel
Terkini

Akibat Pandemi, Banyak Karyawan Rela Digaji Rendah Bahkan Kehilangan Pekerjaan

Redaksi
×

Akibat Pandemi, Banyak Karyawan Rela Digaji Rendah Bahkan Kehilangan Pekerjaan

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Pandemi telah menghantam dunia usaha di dunia. Tak jarang para karyawan harus kehilangan pekerjaan atau pemotongan gaji karena perusahaan tak kuat menahan beban pengeluaran yang lebih besar dibanding pendapatan yang diperoleh.

Data riset yang dilansir dari situs kerja FlexJobs terhadap 1.800 orang yang saat ini kehilangan pekerjaan menemukan 69 persen responden tidak memiliki pekerjaan akibat dampak langsung dari pandemi. Dari jumlah itu menyebutkan mereka secara aktif mencari pekerjaan baru, tetapi 48 persen diantaranya merasa frustasi karena ketidakcocokan pekerjaan yang ditawarkan.

Satu dari tiga responden mengatakan tidak terpilih saat melamar pekerjaan. Sedangkan 53 persen responden merasa kesehatan mental mereka lebih buruk dibanding sebelum pandemi. Penelitian itu juga menemukan 46 persen pencari kerja saat ini menemukan peluang kerja dengan gaji rendah.

Sebagaimana dialami oleh seorang perempuan pekerja swasta di Jakarta yang enggan disebutkan namanya, ia mengaku memiliki niatan untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja saat ini.

“Sudah melamar kerja sana-sini. Tapi belum ada panggilan. Makanya, bertahan dulu di tempat sekarang,” tutur perempuan tersebut.

Ia menyebutkan kurang lebih sudah tujuh tahun bekerja di sebuah perusahaan itu. Namun sejak pandemi, gajinya dipotong.

“Ya, jauh di bawah UMR sebenarnya dan lebih banyak kerjaan sekarang. Sabar aja sambil tetap usaha” tutur perempuan yang berusaha tetap positif tersebut.

Cerita lain lagi dialami oleh Roni, sejak akhir tahun lalu ia harus kehilangan pekerjaannya.

“Sekarang masih cari-cari kerja. Lebih banyak pelamar dibanding lowongan yang tersedia,” kata Roni sambil tertawa.

Kehilangan pekerjaan membuat Roni mau tak mau memboyong anak dan isterinya untuk pindah ke rumah kontrakkan mertuanya.

“Untungnya isteri punya usaha kecil-kecilan. Saya juga masih ada sedikit tabungan. Tapi kalau tetap memaksa ngontrak, kita bisa babak belur. Walaupun malu, terpaksa ga ada pilihan lain mending gabung sama mertua. Jadi, bayar kontrakannya tidak terlalu memberatkan,” lanjut Roni.

Pandemi memang membuat banyak kegusaran terutama soal waktu berakhirnya pandemi. Namun, melihat semangat juang masyarakat membuat banyak orang yakin bahwa negeri ini memiliki ketahanan dalam ujian. Maka, tak salah jika laporan Pew Research Center mendapati Indonesia sebagai salah satu negara paling percaya Tuhan. [rif]