Penelitian ini akan dipresentasikan di Kongres Internasional tentang Obesitas di Melbourne.
Makan makanan berkalori tinggi dapat memiliki banyak efek pada tubuh. Dalam beberapa kasus, dokter dan ahli gizi mungkin meresepkan diet berkalori tinggi untuk atlet atau orang yang perlu menambah berat badan. Diet tinggi kalori tersebut memiliki tujuan yang dapat membantu meningkatkan kesehatan seseorang.
Namun, untuk seseorang dengan metabolisme dan tingkat aktivitas rata-rata, mengonsumsi tinggi kalori mungkin memiliki efek yang merusak. Bahkan, jika itu makanan bergizi tinggi.
Secara jangka pendek, mengonsumsi terlalu banyak kalori dapat menyebabkan perut membesar melebihi ukuran normalnya untuk menyesuaikan diri dengan jumlah makanan yang banyak. Perut yang membesar membuat tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini dapat berupa rasa lelah, lesu atau mengantuk.
Ini juga bisa membuat kita lebih rentan terhadap sakit maag, perut menghasilkan gas, dan lain-lain.
Namun, efek jangka panjangnya dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas.
Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling terlihat jelas, namun paling diabaikan saat ini. Secara paradoks hidup berdampingan dengan kekurangan gizi, epidemi global kelebihan berat badan dan obesitas yang meningkat. Jika tidak segera diambil tindakan, jutaan orang akan menderita serangkaian gangguan kesehatan yang serius.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas menimbulkan risiko besar untuk penyakit tidak menular seperti, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan stroke, dan bentuk kanker tertentu.
Konsekuensi kesehatannya berkisar dari peningkatan risiko kematian dini hingga kondisi kronis serius yang mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.
Di Indonesia, obesitas meningkat dengan angka kenaikan yang mengkhawatirkan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018. [rif]





