Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Penemu Komputer Analog Pertama, Ternyata Ilmuwan Muslim

Redaksi
×

Penemu Komputer Analog Pertama, Ternyata Ilmuwan Muslim

Sebarkan artikel ini
komputer analog
Ilustrasi foto/Pexels.com

Di kota kelahirannya, Al-Kashi dengan serius mempelajari dan mengkaji astronomi. Tepat 1 Maret 1407 M, dia berhasil merampungkan penulisan risalah astronomi berjudul, Sullam As-Sama. Tiga tahun setelahnya, ia kembali berhasil menyelesaikan penulisan buku Compendium of the Science of Astronomy.

Bukti peradaban Islam

Semua penemuan itu membuktikan bahwa peradaban Islam merajai teknologi di era kejayaannya. Padahal, pada masa itu masyarakat Barat berada dalam keterbelakangan dan kebodohan.

Tak dapat dimungkiri lagi, jika sains dan teknologi merupakan kontribusi paling besar dan monumental yang disumbangkan peradaban Islam kepada dunia modern.

Pencapaian terpenting di pertengahan abad ke-15 M adalah terciptanya semangat eksperimental yang dikembangkan peradaban Muslim, ungkap Bapak Sejarah Sains, George Sarton, dalam bukunya, The Introduction to the History of Science. Oliver Joseph Lodge dalam The Pioneers of Science juga mengakui kehebatan peradaban Islam di masa keemasan.

Menurut dia, peradaban Islam yang diwakili masyarakat Arab telah berhasil menghubungkan secara efektif antara sains modern dengan ilmu pengetahuan lama. Zaman kegelapan terjadi karena terjadinya jurang kesenjangan dalam sejarah sains Eropa. Menurut Lodge, sekitar seribu tahun tak ada aktivitas sains, kecuali di peradaban Islam.

Dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Muhammad Iqbal menyatakan, peradaban Islam yang berkembang di Arab berhasil mendorong berkembangnya sains dengan begitu pesat di saat Barat dikungkung kebodohan. Pada masa itu, umat Islam telah memperkenalkan metode eksperimental, observasi, dan pemikiran.

Pengakuan barat

Orientalis asal Skotlandia, William Montgomery Watt pernah secara jujur mengatakan, bagaimana Barat sangat berhutang budi pada Islam, khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Montgomery yang menyandang gelar “Emiritus Professor,” gelar penghormatan tertinggi bagi seorang ilmuwan, sangat tekun melakukan penelitiannya tentang Islam.

Khususnya sejarah perkembembangan pengetahuan di dunia Islam. Montgomery secara jujur mengakui, perkembangan ilmu pengetahuan yang kini berkembang pesat di Barat dan Eropa, sesungguhnya sebagian besar telah banyak ditemukan kaum Muslim sebelumnya.

Dr. Fuat Sezgin, Pengarah dan Pengasas Institut Sejarah Sains Arab-Islam, Universiti Johann Wolfgang, Goethe, Frankfurt, Jerman, mengatakan bahwa kehebatan ilmuwan Islam ratusan abad silam adalah kehebatan yang tidak ternilai (karena saking hebatnya).

Pada abad kegemilangan Islam banyak orang-orang Eropa yang belajar untuk menuntut ilmu di berbagai cabang pengetahuan dari para pakar Islam.